Jumat, 24 Februari 2012
Selasa, 14 Februari 2012
Dinas Dan Instansi Lainnya Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ketapang
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Jl. Jendral Sudirman No. 15 Ketapang
Telp. (0534) 32953, 32658 Fax. (0534) 32685
INSPEKTORAT
Jl. A.Yani No.110 Ketapang
Telp. (0534) 32002 Fax. (0534) 32593
Sekretariat DPRD
Jl. Jendral Sudirman No. 17 Ketapang
Telp. (0534) 32803 Fax. (0534) 34652
Dinas Pendapatan Daerah
Jl. Jendral Urip Sumoharjo No. 06 Ketapang
Telp. (0534) 32155
Dinas Pekerjaan Umum
Jl. Jend. Sudirman Ketapang Kepala Dinas Ir. Darmawan.
Telp. (0534) 32702
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan
Jl. Jendral Sudirman No. 09 Ketapang
Telp. (0534) 32400, 33138, 34676, 32770
Dinas Perkebunan
Jl. MT Haryono No. 41 Ketapang,
Dinas Kelautan dan Perikanan
Jl. Jendral Sudirman No. 15 Ketapang
Telp. (0534) 32753, 32652
Dinas Koperasi, UKM, Penanaman Modal, Perindustrian dan
Jl. Letjen S. Parman No. 86 Ketapang
Telp. (0534) 32800
Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral
Jl. Letjen S. Parman No. 61 Ketapang
Telp. (0534) 32604 Fax. (0534) 33136
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana
Jl. Jend.Urip Sumoarjo No. 53 Ketapang
Dinas Kehutanan
Jl. Letkol M. Tohir No. 11 Ketapang,
Telp. (0534) 32401 Fax. (0534) 32724
Dinas Pendidikan
Jl. Letjen S. Parman No. 55 Ketapang
Telp. (0534) 32501
Dinas Kesehatan
Jl. D.I. Panjaitan No. 40 Ketapang
Telp. (0534) 32253
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kesejahteraan Sosial
Jl. HOS Cokroaminoto No. I Ketapang
Telp. (0534) 33288 Fax. (0534) 32160
Dinas Perhubungan
Jl. K.H. Mansyur Ketapang
Telp. (0534) 32700
Website : http://dishubkominfo.ketapangkab.go.id
Website : http://ketapangkab.go.id
Kantor Polisi Pamong Praja
Komplek Kantor Bupati, Jl. Jendral Sudirman No. 37 Ketapang
Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Daerah
Jl. Letjen S. Parman No. 3 Ketapang
Telp. (0534) 3036495
Website : http://kearsipan.ketapang.go.id
Kantor Informasi, Kebudayaan dan Pariwisata
Jl. Jendral Sudirman No. 61 Ketapang
Telp. (0534) 32072
Website : http://visitketapang.ketapang.go.id
Kantor Catatan Sipil
Jl. Letkol M. Tohir No. 76 Ketapang
Telp. (0534) 35741
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Jl. Jendral Sudirman No. 15 Ketapang
Telp. (0534) 32500
Kantor Kebersihan dan Pertamanan
Jl. Jendral Sudirman No. 15 Ketapang
Kantor Pelayanan Terpadu
Jl. Letjen S. Parman No. 109 Ketapang
Telp. (0534) 32651
RSUD dr. Agoesdjam
Jl. D.I Panjaitan No. 15 Ketapang
Telp. (0534) 32953, 32658 Fax. ((0534) 32658
Kantor Penanggulangan dan Pencegahan Bencana
Jl. Letjen S. Parman Ketapang (Kompleks Gedung Pancasila)
Jl. Jendral Sudirman No. 15 Ketapang
Telp. (0534) 32953, 32658 Fax. (0534) 32685
INSPEKTORAT
Jl. A.Yani No.110 Ketapang
Telp. (0534) 32002 Fax. (0534) 32593
Sekretariat DPRD
Jl. Jendral Sudirman No. 17 Ketapang
Telp. (0534) 32803 Fax. (0534) 34652
Dinas Pendapatan Daerah
Jl. Jendral Urip Sumoharjo No. 06 Ketapang
Telp. (0534) 32155
Dinas Pekerjaan Umum
Jl. Jend. Sudirman Ketapang Kepala Dinas Ir. Darmawan.
Telp. (0534) 32702
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan
Jl. Jendral Sudirman No. 09 Ketapang
Telp. (0534) 32400, 33138, 34676, 32770
Dinas Perkebunan
Jl. MT Haryono No. 41 Ketapang,
Dinas Kelautan dan Perikanan
Jl. Jendral Sudirman No. 15 Ketapang
Telp. (0534) 32753, 32652
Dinas Koperasi, UKM, Penanaman Modal, Perindustrian dan
Jl. Letjen S. Parman No. 86 Ketapang
Telp. (0534) 32800
Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral
Jl. Letjen S. Parman No. 61 Ketapang
Telp. (0534) 32604 Fax. (0534) 33136
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana
Jl. Jend.Urip Sumoarjo No. 53 Ketapang
Dinas Kehutanan
Jl. Letkol M. Tohir No. 11 Ketapang,
Telp. (0534) 32401 Fax. (0534) 32724
Dinas Pendidikan
Jl. Letjen S. Parman No. 55 Ketapang
Telp. (0534) 32501
Dinas Kesehatan
Jl. D.I. Panjaitan No. 40 Ketapang
Telp. (0534) 32253
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kesejahteraan Sosial
Jl. HOS Cokroaminoto No. I Ketapang
Telp. (0534) 33288 Fax. (0534) 32160
Dinas Perhubungan
Jl. K.H. Mansyur Ketapang
Telp. (0534) 32700
Website : http://dishubkominfo.ketapangkab.go.id
Website : http://ketapangkab.go.id
Kantor Polisi Pamong Praja
Komplek Kantor Bupati, Jl. Jendral Sudirman No. 37 Ketapang
Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Daerah
Jl. Letjen S. Parman No. 3 Ketapang
Telp. (0534) 3036495
Website : http://kearsipan.ketapang.go.id
Kantor Informasi, Kebudayaan dan Pariwisata
Jl. Jendral Sudirman No. 61 Ketapang
Telp. (0534) 32072
Website : http://visitketapang.ketapang.go.id
Kantor Catatan Sipil
Jl. Letkol M. Tohir No. 76 Ketapang
Telp. (0534) 35741
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Jl. Jendral Sudirman No. 15 Ketapang
Telp. (0534) 32500
Kantor Kebersihan dan Pertamanan
Jl. Jendral Sudirman No. 15 Ketapang
Kantor Pelayanan Terpadu
Jl. Letjen S. Parman No. 109 Ketapang
Telp. (0534) 32651
RSUD dr. Agoesdjam
Jl. D.I Panjaitan No. 15 Ketapang
Telp. (0534) 32953, 32658 Fax. ((0534) 32658
Kantor Penanggulangan dan Pencegahan Bencana
Jl. Letjen S. Parman Ketapang (Kompleks Gedung Pancasila)
Daftar Anggota DPRD Kabupaten Ketapang Periode 2009 - 2014
Susunan Anggota DPRD Kabupaten Ketapang Periode 2009 - 2014
Ketua DPRD : Ir. Gusti Kamboja (Partai Golongan Karya)
Wakil Ketua : Budi Matheus, S. Pd. (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
Wakil Ketua : Jamhuri Amir S. H. (Partai Hati Nurani Rakyat)
Anggota :
1. Tini (Partai Hati Nurani Rakyat)
2. Ali Sadikin (Partai Hati Nurani Rakyat)
3. H. Mohammad Dahya (Partai Hati Nurani Rakyat)
4. Sunardi (Partai Hti Nurani Rakyat)
5. Al Muhammad Yani, AP (Partai Keadilan Sejahtera)
6. H. Husni, BA (Partai Amanat Nasional)
7. Alfianur (Partai Amanat Nasional)
8. H. Mat Hoji (Partai Persatuan Daerah)
9. Muhammad Thohir, S.Ag (Partai Kebangkitan Bangsa)
10. Heronimus (Partai Pemuda Indonesia)
11. Sukirman Lodom (Partai Penegak Demokrasi Indonesia)
12. Yasir Ansyari (Partai Golongan Karya)
13. M. Febriadi (Partai Golongan Karya)
14. Drs. Marcel (Partai Golongan Karya)
15. Syamsidi, BA (Partai Golongan Karya)
16. Maria Magdalena Lili (Partai Golongan Karya)
17. Martin Rantan, SH (Partai Golongan Karya)
18. Drs. Herwani (Partai Golongan Karya)
19. Halipudin, S.Sos (Partai Golongan karya)
20. Junaidi, SP (Partai Golongan Karya)
21. H. Irvan Masyad, S.Pd, MH (Partai Golongan Karya)
22. Sukardi (Partai Persatuan Pembangunan)
23. Sahrani (Partai Persatuan Pembangunan)
24. Abul Sani, SH,MM,M.Kn (Partai Persatuan Pembangunan)
25. H. Muardi, SE (Partai Persatuan Pembangunan)
26. Ir. Paulus Tan (Partai Damai Sejahtera)
27. Antoni Salim (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
28. Teris Yohanes (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
29. Rupina Ekawati, SH (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
30. Kasdi (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
31. Suprapto (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
32. Alpian M. Alim Jali (Partai Demokrat)
33. Aquino Ceger, SE (Partai Demokrat)
34. Adrianus Upung (Partai Demokrat)
35. Amantus Sumarno (Partai Demokrat)
36. M. Bari (Partai Demokrat)
Ketua DPRD : Ir. Gusti Kamboja (Partai Golongan Karya)
Wakil Ketua : Budi Matheus, S. Pd. (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
Wakil Ketua : Jamhuri Amir S. H. (Partai Hati Nurani Rakyat)
Anggota :
1. Tini (Partai Hati Nurani Rakyat)
2. Ali Sadikin (Partai Hati Nurani Rakyat)
3. H. Mohammad Dahya (Partai Hati Nurani Rakyat)
4. Sunardi (Partai Hti Nurani Rakyat)
5. Al Muhammad Yani, AP (Partai Keadilan Sejahtera)
6. H. Husni, BA (Partai Amanat Nasional)
7. Alfianur (Partai Amanat Nasional)
8. H. Mat Hoji (Partai Persatuan Daerah)
9. Muhammad Thohir, S.Ag (Partai Kebangkitan Bangsa)
10. Heronimus (Partai Pemuda Indonesia)
11. Sukirman Lodom (Partai Penegak Demokrasi Indonesia)
12. Yasir Ansyari (Partai Golongan Karya)
13. M. Febriadi (Partai Golongan Karya)
14. Drs. Marcel (Partai Golongan Karya)
15. Syamsidi, BA (Partai Golongan Karya)
16. Maria Magdalena Lili (Partai Golongan Karya)
17. Martin Rantan, SH (Partai Golongan Karya)
18. Drs. Herwani (Partai Golongan Karya)
19. Halipudin, S.Sos (Partai Golongan karya)
20. Junaidi, SP (Partai Golongan Karya)
21. H. Irvan Masyad, S.Pd, MH (Partai Golongan Karya)
22. Sukardi (Partai Persatuan Pembangunan)
23. Sahrani (Partai Persatuan Pembangunan)
24. Abul Sani, SH,MM,M.Kn (Partai Persatuan Pembangunan)
25. H. Muardi, SE (Partai Persatuan Pembangunan)
26. Ir. Paulus Tan (Partai Damai Sejahtera)
27. Antoni Salim (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
28. Teris Yohanes (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
29. Rupina Ekawati, SH (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
30. Kasdi (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
31. Suprapto (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
32. Alpian M. Alim Jali (Partai Demokrat)
33. Aquino Ceger, SE (Partai Demokrat)
34. Adrianus Upung (Partai Demokrat)
35. Amantus Sumarno (Partai Demokrat)
36. M. Bari (Partai Demokrat)
Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Ketapang
Muspida/organisasi Vertikal
Bupati : Drs. Henrikus, M. Si
Ka.Pengadilan Negeri : Bambang Edy. S. SH.MH
Kejaksaan Negeri : Kusnendar. SH
Dandim 1203 Ketapang : Letkol. Inf. Agus Prasetyo Ari Wibowo
Kapolres :AKBP I Wayan Sugiri SH, S.Ik, M.Si
Organisasi Vertikal non Muspida
Kantor Pusat Stattistik Kabupaten Hadi Santoso, S.Si,.M.Si
Kantor Badan Pertanahan Nasional kabupaten
Kantor Departemen agama H. MHD. Natsir, S.Ag,.M.Ag
Kantor Perbendaharaan Negara
Eksekutif
Bupati : Drs. Henrikus, M.si
Wakil Bupati : Boyman Harun, SH
Sekda : Drs. H.Andi Djamiruddin M.Si
Asisten I Bidang Pemerintahan : Drs. F. Sungkalang
Asisten II Bidang Administrasi Pembangunan : Drs. H. Gurdani Achmad
Asisten III Bidang Administrasi Umum : Hj. Normaniah, S.Sos
Ka. Bappeda : Drs H. Mahyudin M.Si
Ka. Inpektorat : Drs. Suprapto S
Ka. Sekretariat DPRD : Gusti Fadlin S.Sos
Ka. Dinas Pendapatan Daerah : H. Farhan SE M.Si
Ka. Dinas Pekerjaan Umum : Ir. Darmansyah, MM
Ka. Dinas Pertanian Dan Peternakan : Ir. K. Syamsu Akhyar
Ka. Dinas Perkebunan : Drs. Lukas Lawun
Ka. Dinas Kelautan dan Perikanan : Drs. Heronimus Tanam
Ka. Dinas Koperasi, UKM, Perindag : Drs. H Syahrani
Ka. Badan PMDPKB : Muslimin S.Ip
Ka. Dina. Dinas Pertambangan Dan Energi : Ir. Cipriana Lestari. S.N., MT
Ka. Dinas Kehutanan : Ir. JP Setio Hernowo, MSc
Ka. Dinas Pendidikan : Drs. H. M. Mansyur M.Si
Ka. Dinas kesehatan : Dr. Herry Yulistio, M.Ph
Ka. Dinas Nakertrans : Joko Prastowo
Ka. Dinas Perhubungan, Kominfo : Suryanto. AR, SH
Ka. Dinas Budpar,dan Pora : Yudo Sudarto, SP, M.Si
Ka.Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil: Drs Gunawan Setioso
Ka. Dinas Kebersihan dan Pertamanan : Drs. H. M. Seraie
Ka. Polisi Pamong Praja : Junaidi, S.Sos
Ka. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi : Asmawaty Hasibuan, SH
Ka. Kantor KESBANGPOL Dan LINMAS : Donatus Gaza, SH, MH
Ka. Kantor Pelayanan Terpadu : Saidjol, S.Sos
Ka. Kantor Lingkungan Hidup : Khairani, SH, MH
Ka. Kantor Penanggulangan dan Pencegahan Bencana : Soviar SH, MH
Direktur RSUD dr. Agoesdjam : drg. Djoko Hartono, MM
Kabag. Pemerintahan : Franseda
Kabag. Umum : Boy Hasan S.Sos, MM
Kabag. Organisasi : Drs. M. Syahrul
Kabag. Kepegawaian : Ibnu Syarif, S.Sos, M.Si
Kabag. Keuangan : Agus Hendri, SE, M.Si
Kabag. Perekonomian : Ir. Nurwanti, MM
Kabag. Kesra : Drs.H.Mad Noor
Kabag. Pembangunan : Rudy, S.Sos, M.Si
Kabag Hukum : Dersi, SH
Kabag Hubungan Masyarakat : Suhaimi, S.Sos
Bupati : Drs. Henrikus, M. Si
Ka.Pengadilan Negeri : Bambang Edy. S. SH.MH
Kejaksaan Negeri : Kusnendar. SH
Dandim 1203 Ketapang : Letkol. Inf. Agus Prasetyo Ari Wibowo
Kapolres :AKBP I Wayan Sugiri SH, S.Ik, M.Si
Organisasi Vertikal non Muspida
Kantor Pusat Stattistik Kabupaten Hadi Santoso, S.Si,.M.Si
Kantor Badan Pertanahan Nasional kabupaten
Kantor Departemen agama H. MHD. Natsir, S.Ag,.M.Ag
Kantor Perbendaharaan Negara
Eksekutif
Bupati : Drs. Henrikus, M.si
Wakil Bupati : Boyman Harun, SH
Sekda : Drs. H.Andi Djamiruddin M.Si
Asisten I Bidang Pemerintahan : Drs. F. Sungkalang
Asisten II Bidang Administrasi Pembangunan : Drs. H. Gurdani Achmad
Asisten III Bidang Administrasi Umum : Hj. Normaniah, S.Sos
Ka. Bappeda : Drs H. Mahyudin M.Si
Ka. Inpektorat : Drs. Suprapto S
Ka. Sekretariat DPRD : Gusti Fadlin S.Sos
Ka. Dinas Pendapatan Daerah : H. Farhan SE M.Si
Ka. Dinas Pekerjaan Umum : Ir. Darmansyah, MM
Ka. Dinas Pertanian Dan Peternakan : Ir. K. Syamsu Akhyar
Ka. Dinas Perkebunan : Drs. Lukas Lawun
Ka. Dinas Kelautan dan Perikanan : Drs. Heronimus Tanam
Ka. Dinas Koperasi, UKM, Perindag : Drs. H Syahrani
Ka. Badan PMDPKB : Muslimin S.Ip
Ka. Dina. Dinas Pertambangan Dan Energi : Ir. Cipriana Lestari. S.N., MT
Ka. Dinas Kehutanan : Ir. JP Setio Hernowo, MSc
Ka. Dinas Pendidikan : Drs. H. M. Mansyur M.Si
Ka. Dinas kesehatan : Dr. Herry Yulistio, M.Ph
Ka. Dinas Nakertrans : Joko Prastowo
Ka. Dinas Perhubungan, Kominfo : Suryanto. AR, SH
Ka. Dinas Budpar,dan Pora : Yudo Sudarto, SP, M.Si
Ka.Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil: Drs Gunawan Setioso
Ka. Dinas Kebersihan dan Pertamanan : Drs. H. M. Seraie
Ka. Polisi Pamong Praja : Junaidi, S.Sos
Ka. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi : Asmawaty Hasibuan, SH
Ka. Kantor KESBANGPOL Dan LINMAS : Donatus Gaza, SH, MH
Ka. Kantor Pelayanan Terpadu : Saidjol, S.Sos
Ka. Kantor Lingkungan Hidup : Khairani, SH, MH
Ka. Kantor Penanggulangan dan Pencegahan Bencana : Soviar SH, MH
Direktur RSUD dr. Agoesdjam : drg. Djoko Hartono, MM
Kabag. Pemerintahan : Franseda
Kabag. Umum : Boy Hasan S.Sos, MM
Kabag. Organisasi : Drs. M. Syahrul
Kabag. Kepegawaian : Ibnu Syarif, S.Sos, M.Si
Kabag. Keuangan : Agus Hendri, SE, M.Si
Kabag. Perekonomian : Ir. Nurwanti, MM
Kabag. Kesra : Drs.H.Mad Noor
Kabag. Pembangunan : Rudy, S.Sos, M.Si
Kabag Hukum : Dersi, SH
Kabag Hubungan Masyarakat : Suhaimi, S.Sos
Arti Lambang Pemerintah Kabupaten Ketapang
BENTUK :
Bentuk keseluruhan dari lambang daerah adalah bulat telur (oval) yang didalamnya teerdapat ornamen ciri khas yakni:
1. Sebuah bintang bersudut lima yang terletak diatas buluh betung dan diantara dua ujung tangakai padi.
2. Dua tangkai padi yang jumlahnya 45 butir terletak lingkaran oval.
3. Sebatang pohon kedondong yang terletak di tengah lambang dengan enam dahanya.
4. Tujuh ruas buluh betung yang berdiri tegak dimuka pohon kedondong.
5. Seperangkat empat jenis senjata berupa hapang, parang, beliung, sumpitan dan meriam yang terletak dibagian kiri dan kanan bawah.
6. Pita sutra yang bertuliskan Kabupaten Ketapang yang terletak dibagian bawah lambang dan menghubungkan dua tangkai padi.
WARNA :
Lambang daerah menggunakan warna dasar lhijau muda dan empat lainnya yairtu merah, putih, kuning emas dan hitam denga arti sebagai berikut:
1. Warna merah putih yang terdapat didalam lambang yang berbentuk bulat terlur, merah berarti keberanian dan kejayaa, sedang warna putih berarti kesucian dan keadilan serta pula melambangkan dwi warna yang menjadi kejayaan dan keagungan Bangsa dan Negara Republik Indonesia.
2. Warna hijau muda yang terdapat pada warna dasar dan pohon kedondong melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
3. Warna kuning emas yang terdapat pada bintang, ruas buluh betung dan butir padi berarti keluruahan dan keaguangan.
4. Warna hitam yang terdapat pada meriam, sumpit, dan bagian belakang dari hapang, parang dan beliung serta dahan pohon kedondong, tulisan Kabupaten Ketapang,
garis lingkaran oval dan buku buluh betung berarti ketahanan dan ketenangan.
MAKNA LAMBANG :
Makna lambang tersebut adalah
1. Bintang bersudut lima, mencerminkan keluhuran budi masyarakat daerah yang senantiasa bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandang hidup rakyatnya.
2. Dua tangkai padi yang jumlahnya 45 butir padi mencerminkan bahwa daerah ini sebagai wilayah negara kesatuan Republik Indonesia memiliki kesatuan tanah yang mampu menyumbangkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dalam upaya menghujutkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945.
3. Pohon kedondong dengan enam dahan, mencerminkanlingkungan alam daerah sangat potensial hasil buminya dan denganperambahannya serta keramah tamahan rakyat yang mencangkup enam liran sungai besar yang bermuara kelaut yang merupakan sarana angkutan masyarakat selain perhubungan darat.
4. Buluh betung tujuh ruas, mencerminkan sejarah awal pertumbuhan pemerintah didaerah ini yang dimulai sejak berdirinya kerajaan-kerajaan antara lain kerajaan Tanjung Pura hingga terbentuknya Pemerintah Otonomi Kabupaten Ketapang.
5. Seperangkat empat jenis alat senjata tradisionalberupa hampang, parang,beliung, sumpitan dan meriam mencerminkan senjata yang ampuh untuk mempertahankan diri dan juga alat utama yang dipakai dalam usaha mencari penghidupan dengan tidak menggantungkan nasib dengan orang lain.
6. Pita sutra putih bertuliskan Kabupaten Ketapang, berarti seluruh ciri ornamen dan warna dasar yang ada pada lambang merupakan kristalisasi yang dihujudkan menjadi lambang daerah
Bukit Batudaya (Bukit Unta) : Ketapang Kalbar
Sewaktu saya kuliah dulu saya hanya dapat mendengar cerita yang namanya Bukit Batudaya di Ketapang Kalimantan Barat. Beberapa referensi tentang sejarah panjat tebing di Indonesia juga mengacu ke Bukit Batudaya alias Bukit Unta alias Gunung Unta dan sering juga disebut Bukit Batu Ketapang. Informasi lain tentang Bukit Batudaya ini adalah tahun 1987 Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan Tebing Bukit Batudaya dan tahun 1998 Ekspedisi UKL Unpad kehilangan satu anggotanya, Yanto Martogi Sitanggang yang tewas terjatuh dari Bukit Batudaya. Dari cerita-cerita tersebut saya jadi penasaran, seperti apakah Bukit Batudaya tersebut?
Kenapa banyak nama untuk satu obyek alam yang sangat indah itu ? Menurut saya karena banyak sekali orang sangat mengagumi dan masing-masing orang membuat nama sebagai pengingat. Nama batudaya diberikan karena bukit itu sering memperdaya mata yang melihatnya, memperdaya karena bentuknya tampak berbeda-beda jika dilihat dari berbagai sisi.
Berikut adalah salah satu artikel dari website www.kipde-ketapang.go.id :
Bukit batu daya adalah salah satu bukit batu yang ada di Ketapang, disebut batudaya karena sering memperdaya padangan kita, bila kita liat dari tempat yang berbeda maka bentuknya juga akan berbeda. Bukit ini berdiri kokoh, bila kita berlayar dari Pontianak atau Pulau Karimata, maka bukit batudaya ini tampak menonjol pada gugusan Gunung Palung, karena bentuknya yang kokoh bersegi seperti gantang, yaitu takeran padi . Bukit ini juga dikenal dengan nama bukit unta, karena bentuknya mirip panggung unta. Bukit ini terletak antara perbatasan Kec. Laor, Simpang hilir dan Sukadana (kab. Ketapang) termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).
Bukit ini terkenal terjal, dan berbatu, seorang pemanjat tebing dari Universitas Indonesia Jakarta meninggal karena jatuh dari bukit ini. Di kalangan pemanjat tebing (Rock climber) bukit ini sudah begitu terkenal, sayang letaknya agak jauh dari kota Ketapang (ibukota Kab. Ketapang). Dan fasilitas penunjang seperti hotel, penginapan dan tranportasi belum begitu lancar kelokasi. Tetapi bagi wisata minat khusus, hal ini tak bermasalah, karena sepanjang waktu bisa saja kita berkunjung kedaerah ini. Untuk menuju daerah ini anda dapat melalui jalur jalan Rasau Jaya (pontianak) naik speet boat berangkat jam 9 wiba dengan biaya Rp.110.000, selama 3 jam sampai ke Telok Melano ibukota Kec. Simpang Hilir. Dari Telok Melano menuju desa Perawas (desa batu barat) atau desa matan dengan biaya Rp 60.000. Dari desa ini keangkuhan gunung Bukit batu daya ini sudah terlihat. Untuk menuju lokasi dapat menggunakan ojek speda motor atau menumpang truk pengangkut kayu yang sering menuju ke lokasi ini. Apabila menggunakan pesawat dari pontianak menuju ketapang dengan tiket Rp 300.0000 ( 40 menit). Kemudian dari Ketapang menuju Melano dengan kendaraan roda 4 (3 jam) dengan biaya Rp 20.000.
Potensi Bukit Batu Daya sampai saat ini belum maksimal. Dengan akses yang agak susah karena memang angkutan reguler yang rutin belum tersedia, tetapi dengan sudah mulai bagusnya jalan trans kalimantan maka diharapkan akan menjadi penarik minat para wisatawan dan pemanjat tebing untuk datang ke Bukit Batu Daya.
Saya sempat melihat Bukit Batudaya walaupun dari jauh, yaitu dari salah satu lokasi perkebunan kelapa sawit, memang sangat memprihatinkan, obyek yang sangat indah ini sekarang dikelilingi oleh perkebunan sawit.
Walaupun Bukit Batudaya tersebut dekat dengan Taman Nasional Gunung Palung tetapi nasib pengelolaannya belum seperti TNGP. Masih jarang sekali orang tahu dan berminat untuk mengunjungi Bukit Batudaya yang lebih terkenal dalam benak para pemanjat tebing daripada para pelancong. Hal ini disebabkan karena informasi yang kurang dan akses yang terbatas. Tetapi ini semua tidak menciutkan niat saya untuk datang lagi dan memanjat tebingnya.
Sejarah Ketapang
SEJARAH KETAPANG
SEJARAH SINGKAT KABUPATEN KETAPANG
Pada masa pemerintah Hindia Belanda, sejak tahun 1936 Kabupaten Ketapang adalah salah satu daerah Afdeling, yaitu merupakan bagian karesidenan Kalimantan Barat (Residentis Westerm Afdeling Van Borneo) dengan pusat pemerintahannya di Pontianak. Kabupaten Ketapang pada waktu itu dibagi menjadi tiga Onder Afdeling yang dipimpin oleh seorang Wedana, yaitu : 1. Onder Afdeling Sukadana di Sukadana terdiri dari 3 (tiga) Onder Distrik yaitu : a. Onder Distrik Sukadana b. Onder Distrik Simpang Hilir c. Onder Distrik Simpang Hulu 2. Onder Afdeling Matan Hilir di Ketapang terdiri dari 2 (dua) Onder Distrik yaitu : a. Onder Distrik Matan Hilir b. Onder Distrik Kendawangan 3. Onder Afdeling Matan Hulu di Nanga Tayap terdiri dari 4 (empat) Onder Distrik yaitu : a. Onder Distrik Sandai b. Onder Distrik Nanga Tayap c. Onder Distrik Tumbang Titi d. Onder Distrik Marau Afdeling Ketapang sendiri dibagi menjadi 3 (tiga) kerajaan yang dipimpin oleh seorang Panembahan, yaitu : 1. Kerajaan Matan : - Onder Afdeling Matan Hilir - Onder Afdeling Matan Hulu 2. Kerajaan Sukadana : - Onder Afdeling Sukadana 3. Kerajaan Simpang : - Onder Afdeling Simpang Hilir - Onder Afdeling Simpang Hulu Sampai dengan tahun 1942 kerajaan diatas masing-masing dipimpin oleh : 1. Gusti Muhammad Saunan di Kerajaan Matan 2. Tengku Betung di Kerajaan Sukadana 3. Gusti Mesir di Kerajaan Simpang. Setelah masa pemerintahan Hindia Belanda berakhir dengan datangnya Jepang tahun 1942, Kabupaten Ketapang masih dalam status Afdeling. Perbedaannya terletak pada pimpinannya yang diambil alih langsung oleh Jepang. Setelah masa kemerdekaan Republik Indonesia, dimana masih terjadi perebutan kekuasaan dengan pihak Pemerintah Belanda (NICA), bentuk pemerintahan di Ketapang masih tetap dipertahankan sebagaimana sebelumnya yaitu berstatus Afdeling yang disempurnakan dengan Staatsblad 1948 No. 58 dengan pengakuan adanya pemerintahan swapraja. Pada waktu itu Ketapang dibagi menjadi 3 (tiga) daerah swapraja, yaitu : Sukadana, Simpang dan Matan yang kemudian digabung menjadi sebuah federasi. Pada masa pemerintahan Republik Indonesia, menurut Undang-undang No. 25 tahun 1956 maka Kabupaten Ketapang mendapat status sebagai bagian daerah otonom Propinsi Kalimantan Barat yang dipimpin oleh seorang Bupati sebagai Kepala Daerah. Kabupaten Ketapang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820). Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Kayong Utara di Propinsi Kalimantan Barat, maka sejak tanggal 26 Juni 2007, 5 (lima) wilayah kecamatan di Kabupaten Ketapang dimekarkan menjadi satu kabupaten baru dengan nama Kabupaten Kayong Utara. Nama-nama Kepala Daerah yang pernah menjabat di Kabupaten Ketapang sejak 1947 sampai sekarang, adalah : 1. R. Soedarto (1947 - 1952) 2. R.M. Soediono (1952 - 1954) 3. M. Hadariah (1955 - 1958) 4. Herkan Yamani (1959 - 1964) 5. Drs. Muehardi (1965 - 1966) 6. M. Tohir (1966 - 1970) 7. Denggol (Pj) (1970 - 1972) 8. Zainal Arifin (1973 - 1978) 9. Soehanadi (1978 - 1983) 10. Gusti Muh. Syafril (1983 - 1988) 11. Mas'ud Abdullah, SH (1988 - 1992) 12. Drs. H. Soenardi Basnu (1992 - 1998) 13. H. Prijono, BA (Plt) (1998 - 2001) 14. H. Morkes Effendi, S.Pd, MH (2001 - 2010) 15. Drs. Henrikus, M.Si (2010 - sekarang). SEJARAH KOTA KETAPANG Dalam Atlas Sejarah yang disusun oleh Muhammad Yamin (1965) untuk mengidentifikasi Nusantara Raya menurut Mpu Prapanca di dalam naskah Nagarakertagama, wilayah geografi kota Ketapang saat ini diberi nama Tandjungpura. Kemudian dalam peta pada masa kesultanan Riau-Johor (Harun : 2003), wilayah kota Ketapang dinamai Matan. Perubahan nama wilayah geografis dari Tanjung Pura menjadi Matan dan kemudian Ketapang, tidak diketahui dengan pasti karena tidak ada catatan sejarah atau prasasti yang menunjukkan peristiwa itu. Namun perubahan nama tempat atau kota pada masa kerajaan diduga akibat perubahan letak kerajaan atau berubahnya raja yang berkuasa ditempat itu akibat suatu peristiwa tertentu (perang, bencana alam dan keputusan raja). Kepastian sejarah mengenai berdirinya Kota Ketapang hingga saat ini masih samar. Namun dapat dikatakan bahwa Kota Ketapang merupakan salah satu kota tertua di wilayah Kalimantan Barat yang dibuktikan dengan keberadaan Kerajaan Tanjungpura - Matan di wilayah Kota Ketapang yang merupakan kerajaan tertua di Kalimantan Barat. Dugaan itu setidaknya didasarkan beberapa kronik Cina, Nagarakertagama, prasasti Waringin Pitu dan penelitian para ahli linguistik di kepulauan Indo-Malaya. Dalam kronik Cina Chu Fan Chi yang dibuat oleh Chau Ju Kwa tahun 1225 M, Tanjungpura disebut dengan nama Tan-jung-wu-lo, dikatakan bahwa daerah ini sekitar tahun 1200 M merupakan jajahan raja Jawa. Periode sezaman dengan tarikh kronik ini, di Jawa berkuasa Raja Jenggala - Kediri terakhir yaitu Sri Jayawarsa/Kertajaya (1190 - 1205 M) serta merupakan periode pertama berdirinya kerajaan Singasari dengan rajanya yaitu Sri Ranggah Rajasa/Ken Arok (1222 - 1227 M). Maka apabila menggunakan tarikh dalam kronik Cina ini, Tanjungpura baik sebagai kerajaan maupun sebagai kota sudah berdiri pada sebelum tahun 1200 M. Namun letak wilayah geografisnya sulit ditentukan apakah dalam batasan "Kota Ketapang". Chau Ju Kwa adalah seorang pedagang yang kemungkinan singgah di kota Tan Jung Wu Lo yang terletak di tepi pantai atau di dekat sungai. Sebagai pedagang antar negara, "perahu" yang dibawanya tentulah dengan tonase cukup besar, dan hanya bisa berlabuh dialur yang dalam dan luas. Diduga saat itu, lokasi kota Tan Jung Wu Lo berada dekat dengan pelabuhan, dan wilayah geografisnya saat ini mungkin terletak di "Ketapang Kecik", Kandang Kerbau (Sukabangun), atau sekitar kuala sungai pawan (Negeri Baru). Dalam Nagarakertagama, Tanjungpura disebut sebagai daerah bawahan Majapahit. Naskah Nagarakertagama oleh Prapanca selesai ditulis pada tahun 1365 M, periode Raja Hayam Wuruk berkuasa (1350 - 1389 M). Selain menceritakan tentang kerajaan Majapahit, naskah tersebut juga menceritakan kerajaan Singasari (1222 - 1292 M). Salah satu alur sejarah yang dapat dicermati yaitu pada saat pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih Amangkubumi (1334 M) oleh Sri Tribuana Tunggadewi (1328 - 1350 M) dia mengucapkan sumpah setianya (disebut Sumpah Palapa), dan Tanjungpura pada saat itu belum merupakan daerah bawahan Majapahit. Oleh karenanya salah satu isi sumpah Gajah Mada adalah akan menundukkan Tanjungpura (Atmodarminto : 2000). Dalam Prasasti Waringin Pitu (1447 M), Tanjungpura (Tanjungnagara) sudah merupakan nama ibu kota negara bagian Majapahit untuk wilayah Pulau Kalimantan (Sehieke 1959). Pada masa itu, Majapahit dipimpin oleh raja Dyah Kertawijaya/Prabu Kertawijaya Brawijaya I (1447 - 1450 M). Letak geografis kota Tanjungpura tersebut sebagaimana yang identifikasi Pigeaud (1963), Djafar (1978), dan Muhammad Yamin (1965), adalah terletak didalam batasan wilayah "Kota Ketapang" yaitu sebelah selatan kota Ketapang (sekarang Negeri Baru). Versi lain mengenai berdirinya kota Ketapang dapat ditinjau dari peristiwa sejarah yang sangat penting pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin di Kerajaan Matan, yaitu peristiwa perampasan kekuasaan oleh saudaranya sendiri Pangeran Agung pada tahun 1710 M. Pangeran Agung yang gagal merebut tahta saudaranya, dipenjarakan (diasingkan) oleh Sultan Muhammad Zainuddin dengan membuatkannya suatu kota kecil lengkap dengan pelayannya (gundik) 40 orang. Dalam Sejarah Kalimantan Barat (Loutan 1973) daerah tersebut adalah Darul Salam. Orang Ketapang menyebut daerah tersebut Tembalok (tempat penjara raja) atau Sei Awan seberang Sukabangun. Dalam sejarah kerajaan Riau Johor dikatakan "dikurung dalam kota kecil sampai mati" (Ahmad 1985). Hingga saat ini kesepakatan tentang hari jadi Kota Ketapang masih dalam proses kajian. Data diatas dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penentuan hari jadi Kota Ketapang secara legal formal (berdasarkan rujukan hasil Diskusi Panel Adat Budaya dan Kelestariannya di Musyawarah Besar II Ikatan Keluarga Kerajaan Matan dan Tanjungpura tanggal 7 s/d 8 Agustus 2004). KECAMATAN DI KAB.KETAPANG Daerah Kabupaten Ketapang mempunyai luas wilayah 35.809 km² (± 3.580.900 ha) yang terdiri dari 33.209 km² wilayah daratan dan 2.600 km² wilayah perairan (sebelum pemekaran Kabupaten Kayong Utara). Namun setelah pemekaran Kabupaten Kayong Utara, maka wilayah secara keseluruhan mencapai 31.588 km2 dengan luas daratan 30.099 km2 dan luas perairan 1.489 km2, serta memiliki 20 kecamatan, yaitu: 1. Benua Kayong 2. Delta Pawan 3. Muara Pawan 4. Singkup 5. Air Upas 6.Kendawangan 7. Marau 8. Manismata 9.Tumbang Titi 10. Jelai Hulu 11. Sungai Melayu Rayak 12. Pemahan 13. Nanga Tayap 14. Hulu Sungai 15. Sandai 15. sungai laur 16.Simpang Dua 17. Simpang Hulu 18. Matan Hilir Utara 19. Muara Pawan 20. Matan Hilir Selatan. |
Kerupuk Amplang Makanan Khas Ketapang
Kabupaten Ketapang merupakan salah satu daerah kunjungan wisata di Kalimantan Barati. Sebagai daerah kunjungan wisata, 'Bumi Kayong' tidak hanya memiliki keindahan dan pesona objek wisatanya saja yang molek dan menawan. Melainkan juga ke khasan dari makanan daerahnya yaitu Kerupuk Amplang Sari Belida yang dapat dijadikan sebagai buah tangan bagi wisatawan yang berkunjung.
Kerupuk Amplang adalah makanan ringan yang merupakan hasil karya dari sebuah industri kecil rumah tangga (home industry) masyarakat Ketapang. Ina (30 th), salah satu pengusaha di bidang pembuatan kerupuk amplang Sari Belida yang berada di Desa Kauman Kecamatan Benua Kayong Ketapang ini mengatakan, keuntungan dari hasil usaha ini cukup lumayan dan harga jualnya bervariasi mulai dari Rp. 2. 500 / bungkus ada juga yang Rp. 25.000/bungkus dan harga juga bisa tergantung pesanan.
Selanjutnya Ina menambahkan Kerupuk Amplang memang banyak diminati masyarakat baik masyarakat Ketapang sendiri maupun masyarakat luar. "Setiap orang yang datang berkunjung ke Ketapang sudah pasti akan mencari amplang untuk oleh-oleh sanak family, kerabat, teman dan rekan kerjanya," katanya.
sumber : http://www.borneotribune.com/ketapang/kerupuk-amplang-makanan-khas-ketapang.html
Kerupuk Amplang adalah makanan ringan yang merupakan hasil karya dari sebuah industri kecil rumah tangga (home industry) masyarakat Ketapang. Ina (30 th), salah satu pengusaha di bidang pembuatan kerupuk amplang Sari Belida yang berada di Desa Kauman Kecamatan Benua Kayong Ketapang ini mengatakan, keuntungan dari hasil usaha ini cukup lumayan dan harga jualnya bervariasi mulai dari Rp. 2. 500 / bungkus ada juga yang Rp. 25.000/bungkus dan harga juga bisa tergantung pesanan.
Selanjutnya Ina menambahkan Kerupuk Amplang memang banyak diminati masyarakat baik masyarakat Ketapang sendiri maupun masyarakat luar. "Setiap orang yang datang berkunjung ke Ketapang sudah pasti akan mencari amplang untuk oleh-oleh sanak family, kerabat, teman dan rekan kerjanya," katanya.
sumber : http://www.borneotribune.com/ketapang/kerupuk-amplang-makanan-khas-ketapang.html
Pohon Ketapang
?Ketapang | ||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Ketapang, Terminalia catappa
menurut F.M. Blanco, Flora de Filipinas | ||||||||||||||
Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
Nama binomial | ||||||||||||||
Terminalia catappa L. | ||||||||||||||
Sinonim | ||||||||||||||
Terminalia moluccana Lamk. Terminalia procera Roxb. Terminalia latifolia Blanco, non Swartz |
Untuk arti yang lain, lihat Ketapang (disambiguasi).
Lihat pula: Ketapang (kota)
Ketapang atau katapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat, ketapang kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Selain nama ketapang dengan pelbagai variasi dialeknya (misalnya Bat.: hatapang; Nias: katafa; Mink.: katapiĕng; Teupah: lahapang; Tim.: ketapas; Bug.: atapang; dll.), pohon ini juga memiliki banyak sebutan seperti talisei, tarisei, salrisé (Sulut); tiliso, tiliho, ngusu (Maluku Utara); sarisa, sirisa, sirisal, sarisalo (Mal.); lisa (Rote); kalis, kris (Papua Barat); dan sebagainya.[1]Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini dikenal dengan nama-nama Bengal almond, Indian almond, Malabar almond, Singapore almond, Tropical almond, Sea almond, Beach almond, Talisay tree, Umbrella tree, dan lain-lain.
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Pemerian botanis
Pohon besar, tingginya mencapai 40 m dan gemang batang sampai 1,5 m. Bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda. Pohon-pohon yang tua dan besar acap kali berbanir (akar papan), tingginya bisa hingga 3 m.[2]Daun-daun tersebar, sebagian besarnya berjejalan di ujung ranting, bertangkai pendek atau hampir duduk. Helaian daun bundar telur terbalik, 8–25(–38) x 5–14(–19) cm, dengan ujung lebar dengan runcingan dan pangkal yang menyempit perlahan, helaian di pangkal bentuk jantung, pangkal dengan kelenjar di kiri-kanan ibu tulang daun di sisi bawah. Helaian serupa kulit, licin di atas, berambut halus di sisi bawah; kemerahan jika akan rontok.[2][3]
Bunga-bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting, panjang 8–25 cm, hijau kuning[2]. Bunga tak bermahkota, dengan kelopak bertaju-5, bentuk piring atau lonceng, 4–8 mm, putih[3] atau krem. Benang sari dalam 2 lingkaran, tersusun lima-lima. Buah batu bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit, 2,5–7 x 4–5,5 cm, hijau-kuning-merah, atau ungu kemerahan jika masak.[2][3]
[sunting] Penyebaran dan ekologi
Ketapang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara dan umum ditemukan di wilayah ini, kecuali di Sumatra dan Kalimantan yang agak jarang didapati di alam. Pohon ini biasa ditanam di Australia bagian utara dan Polinesia; demikian pula di India, Pakistan, Madagaskar, Afrika Timur dan Afrika Barat, Amerika Tengah, serta Amerika Selatan.[4]Pohon ini cocok dengan iklim pesisir dan dataran rendah hingga ketinggian sekitar 400 m dpl.; curah hujan antara 1.000–3.500 mm pertahun, dan bulan kering hingga 6 bulan[2]. Ketapang menggugurkan daun hingga dua kali setahun, sehingga tumbuhan ini bisa tahan menghadapi bulan-bulan yang kering[5]. Buahnya yang memiliki lapisan gabus dapat terapung-apung di air sungai dan laut[3] hingga berbulan-bulan, sebelum tumbuh di tempat yang cocok. Buahnya juga disebarkan oleh kelelawar.
[sunting] Manfaat
Pepagannya dan daun-daunnya dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit, sebagai bahan pewarna hitam, dan juga untuk membuat tinta[1]. Pepagan menghasilkan zat pewarna kuning kecoklatan sampai warna zaitun, dan mengandung 11–23% tanin; sementara daun-daunnya mengandung 12 macam tanin yang dapat dihidrolisis[4]. Dalam pada itu populer keyakinan di kalangan penggemar ikan hias bahwa menaruh daun-daun ketapang kering di akuarium, khususnya ikan cupang (Betta spp.), dapat memperbaiki kesehatan dan memperpanjang umur ikan[6].Kayu terasnya merah bata pucat hingga kecoklat-coklatan, ringan sampai sedang, BJ-nya berkisar antara 0,465–0,675; cukup keras dan ulet, namun tidak begitu awet[4]. Kayu ini dalam perdagangan dikenal sebagai red-brown terminalia, dan digunakan sebagai penutup lantai atau venir[7]. Di Indonesia, kayu ini digunakan dalam pembuatan perahu dan juga untuk ramuan rumah [1].
Biji ketapang dapat dimakan mentah atau dimasak, konon lebih enak dari biji kenari, dan digunakan sebagai pengganti biji amandel (almond) dalam kue-kue[1]. Inti bijinya yang kering jemur menghasilkan minyak berwarna kuning hingga setengah dari bobot semula. Minyak ini mengandung asam-asam lemak seperti asam palmitat (55,5%), asam oleat (23,3%), asam linoleat, asam stearat dan asam miristat. Biji kering ini juga mengandung protein (25%), gula (16%), serta berbagai macam asam amino.[4]
[sunting] Jenis yang berkerabat
Nama ketapang juga digunakan untuk menyebut T. gigantea V.Sl., yang tumbuh di tempat berpaya-paya di Simeulue bagian selatan[1]. Kerabat dekatnya yang mirip ketapang, di antaranya[2]:- T. littorea, memiliki bulir bunga yang lebih pendek dan begitu juga buahnya (kecil, < 2,5 cm).
- T. glabrata, memiliki tangkai daun yang panjang (1,5–2,5 cm), pangkal helaian daun tidak berbentuk jantung, dan buah yang relatif lebih kecil dan menyegi.
Legenda Putri Junjung Buih Ketapang Kalbar
Sebuah tradisi lisan yang menceritakan kehidupan leluhur kini masih dapat dijumpai ditengah-tengah masyarakat pendukungnya, tradisi berupa legenda rakyat daerah Kalimantan Barat salah satunya di Kabupaten Ketapang yang mempunyai luas wilayah 35.809 Km2 dan berpenduduk 452.554 orang masih banyak terdapat cerita rakyat seperti kerajaan Tanjungpura yang terkenal sejak dahulu kala sampai pada saat ini. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Veeger dalam Teori Interaksionisme masyarakat bukanlah memakai konsep-konsep akan tetapi memakai dengan istilah “aksi” seperti kebutuhan-kebutuhan social seseorang perlu diteguhkan oleh proses interaksi, supaya bertahan. Orang bergantung satu sama lain. Hal ini menjadi sebuah proses interaksi saling membutuhkan merupakan perekat masyarakat.
Kebutuhan akan sebuah sejarah, tentunya perlu diangkat kembali dalam sebuah history sehingga dari cerita tersebut akan mengandung makna dan symbol pada masyarakat pendukungnya. Seperti yang akan kita angkat dalam cerita tradisi lisan yang berupa legenda rakyat. Awal kisah menceritakan dua orang bersaudara yang bernama Bujang Bengkung dan Dara Dondang. Kedua kaka beradik tersebut saling memberikan perhatian dan pada akhirnya melakukan hubungan layaknya seperti sepasang suami isteri. Hasil dari hubungan tersebut melahirkan keturunan dan mempunyai anak berjumlah tujuh orang, diantara anak salah satu anak mereka yang paling menonjol sifat dan kepribadian dengan wajah yang cantik ialah yang bernama Dayang Putung aliasJunjung Buih
Beberapa versi tentang cerita putri Junjung Buih, seperti Putung Kempat di daerah Sepauk yang dihayutkan ke dalam piring besar. Dayang Putung putri Junjung Buih yang dihayutkan dengan rakit pisang di daerah gunung Kujau. Putri Junjung Buih Ketapang dari hulu sungai Keriau terdampar disungai yang banyak tumbuh daun kumpai di sungai Pawan dan Junjung Buih Sepauk terdampar di Aji Melayu.
Kisah yang menarik ketika kedatangan rombongan Prabu Jaya dari kerajaan Majapahit. Prabu Jaya mempunyai tujuh bersaudara, enam saudaranya berniat jahat dengan Prabu jaya memberikan racun ke dalam makanan, akibat dari racun tersebut Prabu jaya menderita penyakit kulit gatal-gatal. Atas laporan saudara-saudaranya maka Prabu Jaya diasingkan keluar dari kerajaan berlayar mencari tempat yang baik bagi kehidupannya, sampailah ia pada suatu tempat yang kini bernama kuala Kandang Kerbau, disungai inilah kapal berlabuh. Kegemaran prabu Jaya salah satunya suka menjala, pada saat menjala, jalanya tersangkut, Prabu Jaya turun ke dalam sungai, seketika itu kulitnya dijilat oleh ikan paten, belang ulim. Sampai di atas darat ia menemukan sebuah gondam yang berisikan rambut panjang tersangkut di dalam jalanya
Dengan niat yang baik Prabu jaya mencari pemilik rambut panjang tersebut, dengan menyelusuri sungai yang bayak tumbuh daun kumpai. Sampailah ia pada suatu tempat kediaman Ranga Sentap, seketika itu ia melihat seorang wanita yang berada di dalam buih yang banyak, seorang wanita bisa berada di dalam gumpalan buih. Prabu Jaya melihat bahwa wanita itu juga mempunyai penyakit yang sama seperti dirinya, dipangilnya ikan paten dan ulin belang untuk menjilat penyakitnya, maka sembuhlah Dayang Putung dan berubah menjadi nama Junjung Buih.
Prabu Jaya mendatangi kediaman Ranga Sentap yang bernama Siak Bahulun raja Ulu Air untuk mempersunting Junjung Buih dengan beberapa syarat antara lain; Kalung emas, Perahu panjang tujuh depak laki-laki perempuan. Gamelan dan beberapa gong. Hasil dari perkawinannya melahirkan anak keturunan yang bernama ;
1. Pangeran Prabu yang bergelar raja Baparung di daerah Sukadana
2. Gusti Lekar diangkat dikerajaan Meliau
3. Pangeran Mancar menjadi raja pada kerajaan Tayan
Dari cerita rakyat yang berkembang, bahwa keturunan Prabu Jaya dan Putri Junjung Buih tidak akan memakan ikan paten dan ikan ulin belang, karena ikat tersebutlah yang membantu kesembuhan penyakit nenek moyang mereka. (Dalam Ibrahim Baidjuri Sejarah singkat kerajaan Tanjungpura 2006)
Versi lain yang berkembang ditengah-tengah masyarakat juga dapat dijumpai dan menjadi kepercayaan masyarakat pendukungnya. Dalam sejarah nasional pada tahun 1275 raja kerajaan Singosari adalah Kerta Negara putra dari Wisnu Wardani ingin menyatukan nusantara di dalam satu Negara pada saat itu Kerta Negara menjalankan ekspedisi hampir seluruh nusantara. Sementara di Kalimantan ekspedisi dijalankan oleh Putra Jaya, dalam hikayat Melayu Putra Jaya setelah menjadi raja berganti nama Prabu Jaya kerajaan berdiri Th 1275 M dimana ekspedisi Pamalayu-nya Kerta Negara mulai dilakukan karena Singosari ditaklukan oleh Kediri, maka hubungan dengan kerajaan induknya terputus. Matan berdiri sendiri sebagai kerajaan merdeka. Kerajaan ini menguasai hampir seluruh Kalimantan, kecuali Kalimantan Utara (Brunai) dan Kutai. Ibukota kerajaan berada di Benua Lama.Dari cerita rakyat bahwa kerajaan ini diserang oleh kerajaan Majapahit pada jaman Gajah Mada, juga ada yang mengatakan bahwa diserang baiak laut dari Cina yang menguasai kerajaan Sriwijaya setelah Sriwijaya kalah dari Majapahit. (Dardi D.Haz dalam sejarah ringkas kerajaan Tanjungpura)
Menurut Ibrahim Baidjuri. Prabu Jaya mengungsi kedaerah yang sekarang menjadi desaTanjungpura dan semua harta kekayaan kerajaan disembunyikan kedaerah Dusun Segedong. Dari beberapa versi cerita yang berkembang ditengah masyarakat bahwa masyarakat masih menyakini legenda Putri Junjung Buih dengan Prabu Jaya adalah nenek moyang mereka dan melahirkan keturunan di kerajaan Tanjungpura. Hal ini masih dapat dijumpai sampai saat ini baik yang menyakut tradisi lisan rakyat maupun peninggalan yang masih ada.berupa kepercayaan masyarakat baik yang bersifat tangibel maupun intangibel yang berkaitan dengan legenda masyarakat yang masih melekat dan masih tetap dijalankan melalui upacara tradisi adat antara lain;
A. Intangibel
1. Upacara bayar niat. Upacara ini dilakukan di tempat-tempat yang diangap keramat seperti keraton Mulia Kerta, makam keramat Tujuh, keramat Sembilan. Maksud dari upacara ini adalah untuk keselamatan bagi diri sendiri maupun keluarga dengan bernazar sebelumnya, jika niatnya terkabulkan maka ia dengan segera menunaikan niat tersebut
2. Upacara Bekalu” adalah sebuah upacara yang dilakukan secara gotong royong pada saat memasang Belat (sejenis keramba besar yang terbuat dari bambu dan diayam menggunakan lembiding (akar paku pakis) berfungsi memperangkap ikan bukan menampung dan dipasang di laut)
3. Upacara Nyapat Taon, adalah upacara untuk mengantar sesaji kelaut yang berupa hasil bumi dengan maksud mengucapkan terima kasih kepada penguasa dilaut.
4. Upacara Bekasah, upacara ini dilakukan jika pada suatu daerah terjadi bencana, paceklik dan merasa terancam dengan memohon keselamatan.
5. Upacara Bebuang penyakit, upacara ini dilakukan jika dari keluarga ada yang sakit dengan melalui media telur sebagai sebuah symbol di hayutkan ke dalam air
6. Upacara Bebuang tali pusar, upacara dilakukan jika bayi sudah tanggal tali pusar, bisa disimpan di bawah rumah, di bawah musollah, di bawah pohon maupun di dalam air dengan menghayutkan memakai Upeh (pelepah pinang)
7. Upacara Keselamatan Ikrar Damai, uoacara ini dimaksudkan adalah untuk keselamatan seluruh warga untuk menghindari pertikaian antar suku
8. Upacara Tempat Sirih, upacara dilakukan jika terjadi selisih paham antara satu sama lainnya.
B. Tangibel
1. Peninggalan koleksi kuno yang berusia ratusan tahun di keratin Mulia Kerta terdiri dari barang-barang dan kain-kain dari usia 40 Th sampai ratusan Tahun
2. Makam keramat Tujuh 1363 atau 1437 M (abad 15)
3. Makam keramat Sembilan 1354 atau 1432 M (abad 15)
4. Makam Iranata (Benua Lama)
5. Candi Kuno
6. Keramik-keramik peninggalan dinasti Cina
Kepercayaan masyarakat masih tetap dilestarikan sampai pada saat ini tetap di laksanakan dan didukung oleh pemerintah daerah Kabupaten Ketapang, dalam rangka melestarikan dan tetap melaksanakan kegiatan upacara tersebut sebagai sebuah peninggalan budaya, juga berupaya mencari atau menyelusuri keberadaan kerajaan –kerajaan yang pernah jaya pada masanya. Khasanah budaya masyarakat Ketapang diharapkan akan mampu menghidupkan semangat masyarakat Ketapang untuk tampil di segala bidang, dan tetap menjunjung tinggi kebesaran nama Tanjungpura.
Berbagai legenda yang kini masih tetap berkembang dan masih terus diselusuri ialah keberadaan Tanjungpura sendiri dari berbagai versi ada yang mengatakan di mulai dari pelabuhan Kandang Kerbau, Matan, Sukadana, Benua lama. Daerah Benua lama yang kini menjadi pusat perhatian diperkirakan salah satu tempat peradaban Hindu kuno karena banyak ditemukan reruntuhan batu bata andesit, keramik, guci-guci dan nisan yang muncul dipermukaan laut pantai.
Tentunya perlu diselusuri keberadaan kerajaan Tanjungpura sehingga dapat menjadi sebuah khasana kekayaan bangsa dan dapat dilestarikan menjadi sebuah sejarah yang tidak hanya dikenal di daerah bahkan akan bisa dikenal dimanca Negara.
• Kisah Awal Kerajaan Tanjungpura
1. Prabu Jaya bergelar Raja Baparung 1275 M
2. Karang Tunjung 1431 – 1501
3. Gala Herang
4. Bandala 1502
5. Sembiring Mambal 1538 – 1550
6. Giri Kusuma 1550
• Giri Kusuma kawin dengan Ratu Mas Jaitan mendapatkan anak
1. Pangeran Iranata
2. Ratu Suria Kusuma
3. Raden Lekar
Pada masa Giri Kusuma berkuasa datanglah seorang bangsawan raja Tengah yang bergelar Sultan Ibrahim Ali Omar Syah dari kerajaan Sarawak (1599 M) keturunan raja Brunai Darussalam anak Sultan Muhammad Hasan (1582-1598). raja Tengah dikawinkan oleh Giri Kusuma dengan adiknya yang bernama Ratu Suria Kusuma hasil dari perkawinan tersebut menurunkan juriat antara lain ;
1. Raden Sulaiman menjadi raja di kerajaan Sambas dan berganti nama dengan nama Sultan Muhammad Tsyafiudin I
2. Raden Badarudin (Pangeran Mangku Negara)
3. Raden Abdul Wahab (Pangeran Bendahara Sri Maharaja)
4. Raden.Rasmi Puri
5. Raden.Ratnawati
sumber : http://ace-informasibudaya.blogspot.com/2010/01/legenda-putri-junjung-buih-ketapang.html
Kebutuhan akan sebuah sejarah, tentunya perlu diangkat kembali dalam sebuah history sehingga dari cerita tersebut akan mengandung makna dan symbol pada masyarakat pendukungnya. Seperti yang akan kita angkat dalam cerita tradisi lisan yang berupa legenda rakyat. Awal kisah menceritakan dua orang bersaudara yang bernama Bujang Bengkung dan Dara Dondang. Kedua kaka beradik tersebut saling memberikan perhatian dan pada akhirnya melakukan hubungan layaknya seperti sepasang suami isteri. Hasil dari hubungan tersebut melahirkan keturunan dan mempunyai anak berjumlah tujuh orang, diantara anak salah satu anak mereka yang paling menonjol sifat dan kepribadian dengan wajah yang cantik ialah yang bernama Dayang Putung aliasJunjung Buih
Beberapa versi tentang cerita putri Junjung Buih, seperti Putung Kempat di daerah Sepauk yang dihayutkan ke dalam piring besar. Dayang Putung putri Junjung Buih yang dihayutkan dengan rakit pisang di daerah gunung Kujau. Putri Junjung Buih Ketapang dari hulu sungai Keriau terdampar disungai yang banyak tumbuh daun kumpai di sungai Pawan dan Junjung Buih Sepauk terdampar di Aji Melayu.
Kisah yang menarik ketika kedatangan rombongan Prabu Jaya dari kerajaan Majapahit. Prabu Jaya mempunyai tujuh bersaudara, enam saudaranya berniat jahat dengan Prabu jaya memberikan racun ke dalam makanan, akibat dari racun tersebut Prabu jaya menderita penyakit kulit gatal-gatal. Atas laporan saudara-saudaranya maka Prabu Jaya diasingkan keluar dari kerajaan berlayar mencari tempat yang baik bagi kehidupannya, sampailah ia pada suatu tempat yang kini bernama kuala Kandang Kerbau, disungai inilah kapal berlabuh. Kegemaran prabu Jaya salah satunya suka menjala, pada saat menjala, jalanya tersangkut, Prabu Jaya turun ke dalam sungai, seketika itu kulitnya dijilat oleh ikan paten, belang ulim. Sampai di atas darat ia menemukan sebuah gondam yang berisikan rambut panjang tersangkut di dalam jalanya
Dengan niat yang baik Prabu jaya mencari pemilik rambut panjang tersebut, dengan menyelusuri sungai yang bayak tumbuh daun kumpai. Sampailah ia pada suatu tempat kediaman Ranga Sentap, seketika itu ia melihat seorang wanita yang berada di dalam buih yang banyak, seorang wanita bisa berada di dalam gumpalan buih. Prabu Jaya melihat bahwa wanita itu juga mempunyai penyakit yang sama seperti dirinya, dipangilnya ikan paten dan ulin belang untuk menjilat penyakitnya, maka sembuhlah Dayang Putung dan berubah menjadi nama Junjung Buih.
Prabu Jaya mendatangi kediaman Ranga Sentap yang bernama Siak Bahulun raja Ulu Air untuk mempersunting Junjung Buih dengan beberapa syarat antara lain; Kalung emas, Perahu panjang tujuh depak laki-laki perempuan. Gamelan dan beberapa gong. Hasil dari perkawinannya melahirkan anak keturunan yang bernama ;
1. Pangeran Prabu yang bergelar raja Baparung di daerah Sukadana
2. Gusti Lekar diangkat dikerajaan Meliau
3. Pangeran Mancar menjadi raja pada kerajaan Tayan
Dari cerita rakyat yang berkembang, bahwa keturunan Prabu Jaya dan Putri Junjung Buih tidak akan memakan ikan paten dan ikan ulin belang, karena ikat tersebutlah yang membantu kesembuhan penyakit nenek moyang mereka. (Dalam Ibrahim Baidjuri Sejarah singkat kerajaan Tanjungpura 2006)
Versi lain yang berkembang ditengah-tengah masyarakat juga dapat dijumpai dan menjadi kepercayaan masyarakat pendukungnya. Dalam sejarah nasional pada tahun 1275 raja kerajaan Singosari adalah Kerta Negara putra dari Wisnu Wardani ingin menyatukan nusantara di dalam satu Negara pada saat itu Kerta Negara menjalankan ekspedisi hampir seluruh nusantara. Sementara di Kalimantan ekspedisi dijalankan oleh Putra Jaya, dalam hikayat Melayu Putra Jaya setelah menjadi raja berganti nama Prabu Jaya kerajaan berdiri Th 1275 M dimana ekspedisi Pamalayu-nya Kerta Negara mulai dilakukan karena Singosari ditaklukan oleh Kediri, maka hubungan dengan kerajaan induknya terputus. Matan berdiri sendiri sebagai kerajaan merdeka. Kerajaan ini menguasai hampir seluruh Kalimantan, kecuali Kalimantan Utara (Brunai) dan Kutai. Ibukota kerajaan berada di Benua Lama.Dari cerita rakyat bahwa kerajaan ini diserang oleh kerajaan Majapahit pada jaman Gajah Mada, juga ada yang mengatakan bahwa diserang baiak laut dari Cina yang menguasai kerajaan Sriwijaya setelah Sriwijaya kalah dari Majapahit. (Dardi D.Haz dalam sejarah ringkas kerajaan Tanjungpura)
Menurut Ibrahim Baidjuri. Prabu Jaya mengungsi kedaerah yang sekarang menjadi desaTanjungpura dan semua harta kekayaan kerajaan disembunyikan kedaerah Dusun Segedong. Dari beberapa versi cerita yang berkembang ditengah masyarakat bahwa masyarakat masih menyakini legenda Putri Junjung Buih dengan Prabu Jaya adalah nenek moyang mereka dan melahirkan keturunan di kerajaan Tanjungpura. Hal ini masih dapat dijumpai sampai saat ini baik yang menyakut tradisi lisan rakyat maupun peninggalan yang masih ada.berupa kepercayaan masyarakat baik yang bersifat tangibel maupun intangibel yang berkaitan dengan legenda masyarakat yang masih melekat dan masih tetap dijalankan melalui upacara tradisi adat antara lain;
A. Intangibel
1. Upacara bayar niat. Upacara ini dilakukan di tempat-tempat yang diangap keramat seperti keraton Mulia Kerta, makam keramat Tujuh, keramat Sembilan. Maksud dari upacara ini adalah untuk keselamatan bagi diri sendiri maupun keluarga dengan bernazar sebelumnya, jika niatnya terkabulkan maka ia dengan segera menunaikan niat tersebut
2. Upacara Bekalu” adalah sebuah upacara yang dilakukan secara gotong royong pada saat memasang Belat (sejenis keramba besar yang terbuat dari bambu dan diayam menggunakan lembiding (akar paku pakis) berfungsi memperangkap ikan bukan menampung dan dipasang di laut)
3. Upacara Nyapat Taon, adalah upacara untuk mengantar sesaji kelaut yang berupa hasil bumi dengan maksud mengucapkan terima kasih kepada penguasa dilaut.
4. Upacara Bekasah, upacara ini dilakukan jika pada suatu daerah terjadi bencana, paceklik dan merasa terancam dengan memohon keselamatan.
5. Upacara Bebuang penyakit, upacara ini dilakukan jika dari keluarga ada yang sakit dengan melalui media telur sebagai sebuah symbol di hayutkan ke dalam air
6. Upacara Bebuang tali pusar, upacara dilakukan jika bayi sudah tanggal tali pusar, bisa disimpan di bawah rumah, di bawah musollah, di bawah pohon maupun di dalam air dengan menghayutkan memakai Upeh (pelepah pinang)
7. Upacara Keselamatan Ikrar Damai, uoacara ini dimaksudkan adalah untuk keselamatan seluruh warga untuk menghindari pertikaian antar suku
8. Upacara Tempat Sirih, upacara dilakukan jika terjadi selisih paham antara satu sama lainnya.
B. Tangibel
1. Peninggalan koleksi kuno yang berusia ratusan tahun di keratin Mulia Kerta terdiri dari barang-barang dan kain-kain dari usia 40 Th sampai ratusan Tahun
2. Makam keramat Tujuh 1363 atau 1437 M (abad 15)
3. Makam keramat Sembilan 1354 atau 1432 M (abad 15)
4. Makam Iranata (Benua Lama)
5. Candi Kuno
6. Keramik-keramik peninggalan dinasti Cina
Kepercayaan masyarakat masih tetap dilestarikan sampai pada saat ini tetap di laksanakan dan didukung oleh pemerintah daerah Kabupaten Ketapang, dalam rangka melestarikan dan tetap melaksanakan kegiatan upacara tersebut sebagai sebuah peninggalan budaya, juga berupaya mencari atau menyelusuri keberadaan kerajaan –kerajaan yang pernah jaya pada masanya. Khasanah budaya masyarakat Ketapang diharapkan akan mampu menghidupkan semangat masyarakat Ketapang untuk tampil di segala bidang, dan tetap menjunjung tinggi kebesaran nama Tanjungpura.
Berbagai legenda yang kini masih tetap berkembang dan masih terus diselusuri ialah keberadaan Tanjungpura sendiri dari berbagai versi ada yang mengatakan di mulai dari pelabuhan Kandang Kerbau, Matan, Sukadana, Benua lama. Daerah Benua lama yang kini menjadi pusat perhatian diperkirakan salah satu tempat peradaban Hindu kuno karena banyak ditemukan reruntuhan batu bata andesit, keramik, guci-guci dan nisan yang muncul dipermukaan laut pantai.
Tentunya perlu diselusuri keberadaan kerajaan Tanjungpura sehingga dapat menjadi sebuah khasana kekayaan bangsa dan dapat dilestarikan menjadi sebuah sejarah yang tidak hanya dikenal di daerah bahkan akan bisa dikenal dimanca Negara.
• Kisah Awal Kerajaan Tanjungpura
1. Prabu Jaya bergelar Raja Baparung 1275 M
2. Karang Tunjung 1431 – 1501
3. Gala Herang
4. Bandala 1502
5. Sembiring Mambal 1538 – 1550
6. Giri Kusuma 1550
• Giri Kusuma kawin dengan Ratu Mas Jaitan mendapatkan anak
1. Pangeran Iranata
2. Ratu Suria Kusuma
3. Raden Lekar
Pada masa Giri Kusuma berkuasa datanglah seorang bangsawan raja Tengah yang bergelar Sultan Ibrahim Ali Omar Syah dari kerajaan Sarawak (1599 M) keturunan raja Brunai Darussalam anak Sultan Muhammad Hasan (1582-1598). raja Tengah dikawinkan oleh Giri Kusuma dengan adiknya yang bernama Ratu Suria Kusuma hasil dari perkawinan tersebut menurunkan juriat antara lain ;
1. Raden Sulaiman menjadi raja di kerajaan Sambas dan berganti nama dengan nama Sultan Muhammad Tsyafiudin I
2. Raden Badarudin (Pangeran Mangku Negara)
3. Raden Abdul Wahab (Pangeran Bendahara Sri Maharaja)
4. Raden.Rasmi Puri
5. Raden.Ratnawati
sumber : http://ace-informasibudaya.blogspot.com/2010/01/legenda-putri-junjung-buih-ketapang.html
Senin, 13 Februari 2012
Kode Pos - Ketapang - Kalimantan Barat
Street Name | Postal Code | Kabupaten | |
1 | - Wil.Kec. Matan Hilir Selatan Kec. Matan Hilir Selatan | 78861 | Ketapang |
2 | - Wil.Kec. Matan Hilir Utara Kec. Matan Hilir Utara | 78851 | Ketapang |
3 | Gg. Agatis | 78811 | Ketapang |
4 | Gg. Amal | 78851 | Ketapang |
5 | Gg. Anggrek | 78811 | Ketapang |
6 | Gg. Ansyar | 78851 | Ketapang |
7 | Gg. Belangiran | 78813 | Ketapang |
8 | Gg. Belibis | 78812 | Ketapang |
9 | Gg. Belimbing | 78851 | Ketapang |
10 | Gg. Betet | 78851 | Ketapang |
11 | Gg. Cempaka | 78811 | Ketapang |
12 | Gg. Cendrawasih Sebelah Barat | 78811 | Ketapang |
13 | Gg. Cendrawasih Sebelah Timur | 78812 | Ketapang |
14 | Gg. Cermai | 78851 | Ketapang |
15 | Gg. Delima | 78851 | Ketapang |
16 | Gg. Duku | 78851 | Ketapang |
17 | Gg. Durian | 78851 | Ketapang |
18 | Gg. Gajali, H | 78851 | Ketapang |
19 | Gg. Garuda | 78851 | Ketapang |
20 | Gg. Gembung | 78821 | Ketapang |
21 | Gg. Ikan Bawal | 78861 | Ketapang |
22 | Gg. Jahari, H | 78812 | Ketapang |
23 | Gg. Jambu | 78812 | Ketapang |
24 | Gg. Jeruk | 78812 | Ketapang |
25 | Gg. Kakap | 78861 | Ketapang |
26 | Gg. Kalimas | 78851 | Ketapang |
27 | Gg. Kamboja | 78813 | Ketapang |
28 | Gg. Kapas | 78851 | Ketapang |
29 | Gg. Kapur | 78813 | Ketapang |
30 | Gg. Karya Bhakti | 78851 | Ketapang |
31 | Gg. Kedondong | 78812 | Ketapang |
32 | Gg. Kelapa Gading | 78851 | Ketapang |
33 | Gg. Kenanga | 78811 | Ketapang |
34 | Gg. Kenari | 78812 | Ketapang |
35 | Gg. Ketilang | 78812 | Ketapang |
36 | Gg. Kuini | 78812 | Ketapang |
37 | Gg. Langsat | 78812 | Ketapang |
38 | Gg. Lobak | 78851 | Ketapang |
39 | Gg. Mangga | 78851 | Ketapang |
40 | Gg. Mawar | 78811 | Ketapang |
41 | Gg. Melati | 78811 | Ketapang |
42 | Gg. Mengkudu | 78821 | Ketapang |
43 | Gg. Mentimun | 78812 | Ketapang |
44 | Gg. Merak | 78851 | Ketapang |
45 | Gg. Meranti | 78813 | Ketapang |
46 | Gg. Merpati | 78812 | Ketapang |
47 | Gg. Mulia | 78851 | Ketapang |
48 | Gg. Murai | 78811 | Ketapang |
49 | Gg. Murai | 78851 | Ketapang |
50 | Gg. Nangka | 78812 | Ketapang |
51 | Gg. Nenas | 78851 | Ketapang |
52 | Gg. Nuri | 78812 | Ketapang |
53 | Gg. Nuri | 78851 | Ketapang |
54 | Gg. Nusa Indah | 78813 | Ketapang |
55 | Gg. Nusantara | 78851 | Ketapang |
56 | Gg. Nyiur | 78851 | Ketapang |
57 | Gg. Padi | 78812 | Ketapang |
58 | Gg. Parkit | 78851 | Ketapang |
59 | Gg. Pepaya | 78851 | Ketapang |
60 | Gg. Perkutut | 78812 | Ketapang |
61 | Gg. Plamboyan | 78811 | Ketapang |
62 | Gg. Pulau Cempedak | 78821 | Ketapang |
63 | Gg. Pulau Juanta | 78821 | Ketapang |
64 | Gg. Pulau Sempadi | 78821 | Ketapang |
65 | Gg. Pulau Serutu | 78821 | Ketapang |
66 | Gg. Punai | 78851 | Ketapang |
67 | Gg. Punak | 78813 | Ketapang |
68 | Gg. Puring | 78811 | Ketapang |
69 | Gg. Rajawali | 78851 | Ketapang |
70 | Gg. Rambutan | 78851 | Ketapang |
71 | Gg. Ramin | 78813 | Ketapang |
72 | Gg. Salak | 78812 | Ketapang |
73 | Gg. Sawi | 78851 | Ketapang |
74 | Gg. Sejahtera | 78811 | Ketapang |
75 | Gg. Senangin | 78861 | Ketapang |
76 | Gg. Serindit | 78851 | Ketapang |
77 | Gg. Sukajadi | 78813 | Ketapang |
78 | Gg. Sukarela | 78813 | Ketapang |
79 | Gg. Sukun | 78812 | Ketapang |
80 | Gg. Sukun | 78813 | Ketapang |
81 | Gg. Swakarya | 78813 | Ketapang |
82 | Gg. Tajudin, H | 78811 | Ketapang |
83 | Gg. Tenggiri | 78861 | Ketapang |
84 | Gg. Tengkawang | 78812 | Ketapang |
85 | Gg. Tomat | 78851 | Ketapang |
86 | Gg. Tongkol | 78861 | Ketapang |
87 | Gg. Usaba I | 78811 | Ketapang |
88 | Gg. Wortel | 78851 | Ketapang |
89 | Gg. Zainab | 78851 | Ketapang |
90 | Jln. Abdul Fatah | 78821 | Ketapang |
91 | Jln. Achmad Dahlan, KH | 78821 | Ketapang |
92 | Jln. Achmad Yani, Jendral | 78811 | Ketapang |
93 | Jln. Ade Irma Suryani Sebelah Selatan | 78811 | Ketapang |
94 | Jln. Ade Irma Suryani Sebelah Utara | 78812 | Ketapang |
95 | Jln. Adipati | 78822 | Ketapang |
96 | Jln. Agus Salim, H | 78812 | Ketapang |
97 | Jln. Arif Rahman Hakim | 78821 | Ketapang |
98 | Jln. Basuki Rachmat Sebelah Utara | 78812 | Ketapang |
99 | Jln. Basuki Rachmat Sebelah Selatan | 78811 | Ketapang |
100 | Jln. Cut Nya Dhin | 78821 | Ketapang |
101 | Jln. Daeng Utih | 78861 | Ketapang |
102 | Jln. DI. Panjaitan, Mayjen Sebelah Utara | 78851 | Ketapang |
103 | Jln. DI. Panjaitan, Mayjen Sebelah Selatan | 78812 | Ketapang |
104 | Jln. Fatahilah | 78861 | Ketapang |
105 | Jln. Gajah Mada Kel. Kantor | 78811 | Ketapang |
106 | Jln. Gajah Mada Kec. Matan Hilir Utara | 78851 | Ketapang |
107 | Jln. Gatot Subroto, Jendral | 78851 | Ketapang |
108 | Jln. Giri Mustika | 78861 | Ketapang |
109 | Jln. Gusti Amzah | 78821 | Ketapang |
110 | Jln. Gusti M. Saunan, Sebelah Timur | 78813 | Ketapang |
111 | Jln. Gusti M. Saunan, Sebelah Barat | 78811 | Ketapang |
112 | Jln. Haryono, Jendral Sebelah Selatan | 78812 | Ketapang |
113 | Jln. Haryono, Jendral Sebelah Utara | 78811 | Ketapang |
114 | Jln. Hasanuddin | 78822 | Ketapang |
115 | Jln. Hayam Wuruk | 78851 | Ketapang |
116 | Jln. HOS. Cokroaminoto | 78851 | Ketapang |
117 | Jln. Imam Bonjol | 78811 | Ketapang |
118 | Jln. Juanda, Ir, H Kel. Tengah | 78812 | Ketapang |
119 | Jln. Juanda, Ir, H Kel. Kantor | 78811 | Ketapang |
120 | Jln. K. Satsuit Tubun AIP | 78851 | Ketapang |
121 | Jln. Katamso, Brigjen | 78851 | Ketapang |
122 | Jln. Ki Hajar Dewantoro | 78811 | Ketapang |
123 | Jln. M. Husni Thamrin | 78822 | Ketapang |
124 | Jln. Mansyur, KH | 78812 | Ketapang |
125 | Jln. Matan | 78813 | Ketapang |
126 | Jln. Merdeka | 78811 | Ketapang |
127 | Jln. Mesjid Rabbul Khair | 78812 | Ketapang |
128 | Jln. Muhammad Zainuddin | 78821 | Ketapang |
129 | Jln. Ngurah Rai | 78813 | Ketapang |
130 | Jln. Oto Iskandardinata | 78821 | Ketapang |
131 | Jln. Pak Nibung | 78811 | Ketapang |
132 | Jln. Panembahan Air Mala | 78813 | Ketapang |
133 | Jln. Panembahan Bandala | 78813 | Ketapang |
134 | Jln. Pangeran Diponegoro, Sebelah Timur | 78812 | Ketapang |
135 | Jln. Pangeran Diponegoro, Sebelah Barat | 78811 | Ketapang |
136 | Jln. Pangeran Hidayat | 78821 | Ketapang |
137 | Jln. Pangeran Kesumah Jaya | 78822 | Ketapang |
138 | Jln. Pantandean | 78851 | Ketapang |
139 | Jln. Patimura | 78851 | Ketapang |
140 | Jln. Pierre Andreas Tendean | 78851 | Ketapang |
141 | Jln. Pulau Bawal | 78821 | Ketapang |
142 | Jln. RA. Kartini | 78811 | Ketapang |
143 | Jln. Rangga Santap | 78851 | Ketapang |
144 | Jln. RE. Martadinata | 78861 | Ketapang |
145 | Jln. S. Parman, Letjen | 78851 | Ketapang |
146 | Jln. Samanhudi | 78821 | Ketapang |
147 | Jln. Setiabudi, Dr | 78811 | Ketapang |
148 | Jln. Sihud | 78861 | Ketapang |
149 | Jln. Sisingamangaraja | 78851 | Ketapang |
150 | Jln. Sudirman, Jendral Sebelah Barat | 78811 | Ketapang |
151 | Jln. Sudirman, Jendral Sebelah Timur | 78813 | Ketapang |
152 | Jln. Sugiono, Kolonel | 78812 | Ketapang |
153 | Jln. Suharso, Dr | 78811 | Ketapang |
154 | Jln. Sultan Agung | 78861 | Ketapang |
155 | Jln. Sultan Syahrir | 78813 | Ketapang |
156 | Jln. Sunan Ampel | 78822 | Ketapang |
157 | Jln. Sunan Giri | 78861 | Ketapang |
158 | Jln. Sunan Gunung Jati | 78822 | Ketapang |
159 | Jln. Sunan Kalijaga | 78822 | Ketapang |
160 | Jln. Suprapto, Jendral Sebelah Utara | 78851 | Ketapang |
161 | Jln. Suprapto, Jendral Sebelah Selatan | 78812 | Ketapang |
162 | Jln. Sutomo, Dr Sebelah Selatan | 78813 | Ketapang |
163 | Jln. Sutomo, Dr Sebelah Utara | 78811 | Ketapang |
164 | Jln. Sutoyo, Mayjen | 78851 | Ketapang |
165 | Jln. Tamat | 78861 | Ketapang |
166 | Jln. Tapa, Kyai | 78861 | Ketapang |
167 | Jln. Tegas Sebelah Selatan | 78812 | Ketapang |
168 | Jln. Tegas Sebelah Utara | 78851 | Ketapang |
169 | Jln. Tentemak | 78813 | Ketapang |
170 | Jln. Teuku Cikditiro | 78821 | Ketapang |
171 | Jln. Thohir M, Kolonel | 78812 | Ketapang |
172 | Jln. Untung Surapati | 78861 | Ketapang |
173 | Jln. Urip Sumodiharjo, Jendral Sebelah Timur | 78813 | Ketapang |
174 | Jln. Urip Sumodiharjo, Jendral Sebelah Barat | 78811 | Ketapang |
175 | Jln. Uti Unggul | 78813 | Ketapang |
176 | Jln. Uti Usman | 78811 | Ketapang |
177 | Jln. Wahid Hasyim, KH | 78812 | Ketapang |
178 | Jln. Wahidin Sudirohusodo, Dr | 78821 | Ketapang |
179 | Jln. Wolter Mongonsidi | 78821 | Ketapang |
180 | Jln. WR. Supratman | 78821 | Ketapang |
181 | Kec. Jelai Hulu Kab. Ketapang | 78876 | Ketapang |
182 | Kec. Kendawangan Kab. Ketapang | 78862 | Ketapang |
183 | Kec. Manis Mata Kab. Ketapang | 78864 | Ketapang |
184 | Kec. Marau Kab. Ketapang | 78863 | Ketapang |
185 | Kec. Nanga Tayap Kab. Ketapang | 78873 | Ketapang |
186 | Kec. P.Maya(Karimata) Kab. Ketapang | 78855 | Ketapang |
187 | Kec. Sandai Kab. Ketapang | 78871 | Ketapang |
188 | Kec. Simpang Hilir Kab. Ketapang | 78853 | Ketapang |
189 | Kec. Simpang Hulu Kab. Ketapang | 78854 | Ketapang |
190 | Kec. Sukadana Kab. Ketapang | 78852 | Ketapang |
191 | Kec. Sungai Laur. Kab. Ketapang | 78872 | Ketapang |
192 | Kec. Teluk Batang Kab. Ketapang | 78856 | Ketapang |
193 | Kec. Tumbang Titi Kab. Ketapang | 78874 | Ketapang |
194 | Kel. Kantor Kec. Matan Hilir Utara | 78811 | Ketapang |
195 | Kel. Kauman Kec. Matan Hilir Selatan | 78821 | Ketapang |
196 | Kel. Mulia Baru Kec. Matan Hilir Utara | 78813 | Ketapang |
197 | Kel. Mulia Kerta Kec. Matan Hilir Selatan | 78822 | Ketapang |
198 | Kel. Tengah Kec. Matan Hilir Utara | 78812 | Ketapang |
199 | Kpg. Kali Nilam | 78851 | Ketapang |
200 | Kpg. Mulia Baru | 78813 | Ketapang |
201 | Kpg. Sampit | 78851 | Ketapang |
202 | Kpg. Sukabangun | 78851 | Ketapang |
203 | Kpg. Sukaharja | 78851 | Ketapang |
204 | Kpg. Tengah | 78812 | Ketapang |
Sejarah Singkat Kampung Banjar, Kab. Ketapang, Kalimantan Barat
Kampung
Banjar
Pada tahun 1294H/1874M. Penembahan
Kerajaan Tanjungpura-Matan di hulu Sungai Pawan, Alhaj Muhammad Sabran
menugaskan Haji Mas Mohd. Abbas dibantu Imam
Mursal dan Enci Yasin berangkat ke Hilir sungai pawan, karena di muara Sungai
Pawan banyak bajak laut yang di sebut Lanon, yang merampok setiap kapal dagang
dari Singapura, Cina, Eropah dan lain-lain yang akan masuk ke muara Sungai Pawan
tersebut.
Rombongan beliau mempergunakan
rakit kayu panjang. Dekat muara Pawan, rakit menepi dan tertambat disebuah
pohon yang disebut "Tapang". Selanjutnya Haji Mas Mohd. Abbas dan
kawan-kawan, mendirikan rumah masing-masing di Kampung Banjar, yang saat itu sudah
merupakan suatu Kampung yang asal mulanya dibangun dan didirikan oleh Haji
Abdul Karim alias Encik Kamim bergelar "Datuk Bajurai Besi Tamiang
Galang", sekarang Kecamatan Benua Kayong.
Untuk mengingatkan bahwa Haji Mas
Mohd. Abbas ini adalah pendatang dari Kerajaan Banjar, yang diambil mantu serta
dikawinkan dengan anak dari pasangan Mursid dan Maine yang bernama Maimanah.
Adapun letak rumahnya di Jalan Haji Samanhudi, samping rumah Marzuki HD dan
Buchari HD, sebelah kanan tanah Zaini bin Haji Yunus. Bentuk rumah dengan
tinggi tiang tongkat ± 3 – 4 meter dari permukaan tanah, dengan tinggi dinding
rumah mencapai ± 3 – 4 meter. Ditengah-tengah
bangunan terdapat ruang bertingkat untuk beristirahat dengan ukuran 5 x 5 x 2
meter.
Penghuni terakhir adalah keluarga
Hanifah-Abdul Muthalib, yang merupakan anak dari pasangan Haji Yunus dan
Mardiana. Tugas lain yang diberikan oleh
Kerajaan Tanjungpura-Matan kepada Haji Mas Mohd. Abbas adalah memberikan
otonomi khusus, seperti penarikan pajak dan pembuatan surat tanah.
Dalam melaksanakan tugasnya, beliau
berhasil membasmi Lanon, untuk itu beliau mendapat gelar "Penggawa Kuala
Matan". Sampai saat ini bukti cap/stempel yang dipergunakan oleh Haji Mas
Mohd. Abbas masih tersimpan dikeluarga Haji Ibrahim Baidjuri (Uning Atol).
Sedang
makam beliau yang terletak di jalan Arief Rachman Hakim Kampung Banjar
Ketapang. Pemagaran Makam ini pernah dilakukan dan dibantu oleh Pemda Kab. Ketapang
pada masa pemerintahan Bupati Haji Sunardi Basnu. Yang sangat disayangkan,
bekas rumah beliau yang banyak meninggalkan kesan dan mempunyai nilai sejarah,
rumah yang telah dibangun dari kayu kelas I, kini tinggal menjadi kenangan dan
tak terurus. (Menurut buku Penduluran Kampung Banjar, Haji Fauzi Azim dkk
)
Langganan:
Postingan (Atom)