Sewaktu saya kuliah dulu saya hanya dapat mendengar cerita yang namanya Bukit Batudaya di Ketapang Kalimantan Barat. Beberapa referensi tentang sejarah panjat tebing di Indonesia juga mengacu ke Bukit Batudaya alias Bukit Unta alias Gunung Unta dan sering juga disebut Bukit Batu Ketapang. Informasi lain tentang Bukit Batudaya ini adalah tahun 1987 Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan Tebing Bukit Batudaya dan tahun 1998 Ekspedisi UKL Unpad kehilangan satu anggotanya, Yanto Martogi Sitanggang yang tewas terjatuh dari Bukit Batudaya. Dari cerita-cerita tersebut saya jadi penasaran, seperti apakah Bukit Batudaya tersebut?
Kenapa banyak nama untuk satu obyek alam yang sangat indah itu ? Menurut saya karena banyak sekali orang sangat mengagumi dan masing-masing orang membuat nama sebagai pengingat. Nama batudaya diberikan karena bukit itu sering memperdaya mata yang melihatnya, memperdaya karena bentuknya tampak berbeda-beda jika dilihat dari berbagai sisi.
Berikut adalah salah satu artikel dari website www.kipde-ketapang.go.id :
Bukit batu daya adalah salah satu bukit batu yang ada di Ketapang, disebut batudaya karena sering memperdaya padangan kita, bila kita liat dari tempat yang berbeda maka bentuknya juga akan berbeda. Bukit ini berdiri kokoh, bila kita berlayar dari Pontianak atau Pulau Karimata, maka bukit batudaya ini tampak menonjol pada gugusan Gunung Palung, karena bentuknya yang kokoh bersegi seperti gantang, yaitu takeran padi . Bukit ini juga dikenal dengan nama bukit unta, karena bentuknya mirip panggung unta. Bukit ini terletak antara perbatasan Kec. Laor, Simpang hilir dan Sukadana (kab. Ketapang) termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).
Bukit ini terkenal terjal, dan berbatu, seorang pemanjat tebing dari Universitas Indonesia Jakarta meninggal karena jatuh dari bukit ini. Di kalangan pemanjat tebing (Rock climber) bukit ini sudah begitu terkenal, sayang letaknya agak jauh dari kota Ketapang (ibukota Kab. Ketapang). Dan fasilitas penunjang seperti hotel, penginapan dan tranportasi belum begitu lancar kelokasi. Tetapi bagi wisata minat khusus, hal ini tak bermasalah, karena sepanjang waktu bisa saja kita berkunjung kedaerah ini. Untuk menuju daerah ini anda dapat melalui jalur jalan Rasau Jaya (pontianak) naik speet boat berangkat jam 9 wiba dengan biaya Rp.110.000, selama 3 jam sampai ke Telok Melano ibukota Kec. Simpang Hilir. Dari Telok Melano menuju desa Perawas (desa batu barat) atau desa matan dengan biaya Rp 60.000. Dari desa ini keangkuhan gunung Bukit batu daya ini sudah terlihat. Untuk menuju lokasi dapat menggunakan ojek speda motor atau menumpang truk pengangkut kayu yang sering menuju ke lokasi ini. Apabila menggunakan pesawat dari pontianak menuju ketapang dengan tiket Rp 300.0000 ( 40 menit). Kemudian dari Ketapang menuju Melano dengan kendaraan roda 4 (3 jam) dengan biaya Rp 20.000.
Potensi Bukit Batu Daya sampai saat ini belum maksimal. Dengan akses yang agak susah karena memang angkutan reguler yang rutin belum tersedia, tetapi dengan sudah mulai bagusnya jalan trans kalimantan maka diharapkan akan menjadi penarik minat para wisatawan dan pemanjat tebing untuk datang ke Bukit Batu Daya.
Saya sempat melihat Bukit Batudaya walaupun dari jauh, yaitu dari salah satu lokasi perkebunan kelapa sawit, memang sangat memprihatinkan, obyek yang sangat indah ini sekarang dikelilingi oleh perkebunan sawit.
Walaupun Bukit Batudaya tersebut dekat dengan Taman Nasional Gunung Palung tetapi nasib pengelolaannya belum seperti TNGP. Masih jarang sekali orang tahu dan berminat untuk mengunjungi Bukit Batudaya yang lebih terkenal dalam benak para pemanjat tebing daripada para pelancong. Hal ini disebabkan karena informasi yang kurang dan akses yang terbatas. Tetapi ini semua tidak menciutkan niat saya untuk datang lagi dan memanjat tebingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar