Orang Melayu Ketapang
adalah puak Melayu yang mendiami wilayah pesisir pantai, pulau-pulau besar
maupun kecil, dan daerah pedalaman Kabupaten Ketapang, serta beragama Islam,
berbahasa Melayu serta beradat istiadat Melayu.
Jika dilihat deri
keturunannya, maka Melayu Ketapang itu terdiri dari beberapa keturunan, yaitu :
Penduduk asli yang
beragam Islam
Pendatang dari Jawa
(Prabu Jaya)
Pendatang dari
Palembang (Sang Maniaka)
Pendatang dari Bugis
(Daeng Manambon)
Pendatang dari
Berunai (Raja Tengah)
Pendatang dari Arab
Pendatang dari Siak
(Tengku Akil)
Meskipun Melayu
Ketapang berasal keturunan yang berbeda-beda, itu tidak menyebabkan
terpecah-pecahnya Melayu Ketapang, melainkan ikut memperkaya Khasanah budaya
Tanah Kayung (Ketapang).
Raja Kerajaan
Tanjungpura sebagai pemegang adat tertinggi memang adil. Raja telah
memperhitungkan dengan masak-masak, bahwa Raja, Kaum Bangsawan dan Rakyat
Jelata memiliki kemampuan yang berbeda. Karena itu, maka dengan mengadopsi
syariat Islam, Raja membagi adat menjadi tiga, yaitu :
a) Wajib
Melaksanakan adat
secara penuh merupakan kewajiban bagi Raja yang maksudnya adalah untuk diketahu
seluruh rakyat negeri, serta memberi contoh teladah pelaksanaan adat istiadat.
b) Sunnat
Bagi kerabat Raja dan
Kaum Bangsawan pelaksanaan adat menjadi Sunnat, artinya tidak perlu sama dengan
Raja. Pelaksanaannya menurut kemampuan kerabat tersebut. Berhubungan Kaum
Bangsawan juga merupakan panutan bagi Rakyat Jelata, maka Kaum Bangsawan
hendaknya berusaha melaksanakan adat istiada secara penuh kalau memang sanggup.
c) Jaiz
Bagi Rakyat Jelata
pelaksanaan adat istiadat menjadi Jaiz, artinya boleh dikerjakan boleh
ditinggalkan sebagian atau seluruhnya berdasarkan kemampuannya.
Secara keseluruhan
adat istiadat Melayu Kayung itu mengacu kepada syariat Islam, karena adat
bersendi Syarak, Syarak Bersendikan KItabullah.
ASAL USUL MELAYU KETAPANG
Kalau kita bekunjung
ke seluruh kecamatan di Kabupaten Ketapang dan berbicara dengan orang Melayu,
maka bahasa Melayu yang kita gunakan sehari-hari di kota Ketapang dapat
dimengerti oleh mereka kendati di tempat terpencil. Yang brbeda hanyalah dialeknya. Kalau diketapang menyebut kamu
atau anda adalah kau, maka dipedalaman menyebut mpuk, Kendawangan mika’, Melano
Telok Batang dan PMK menyebutnya ika’, namun tidak semua daerah berbeda
dialeknya seperti di Manismata menyebut kamu atau anda juga kau.
Ini sekedar contoh
yang menyatakan kepada kita bahwa orang Melayu Kayong itu bahasanya sama.
Masalah beda dialek hanya karena pemukiman dan interaksi dengan penduduk
sekitar.
Ada yang mengatakan
bahwa Dayak maupun Melayu Kayong itu dahulu berasal dari keturunan yang sama
(yang masuk Islam disebut Melayu dan yang tidak masuk Islam (Kristen) disebut
Dayak).
Jika kita melihat
dari dongeng Danau Pateh Inte dan Demung Juru, jelas bahwa terpisahnya orang
ulu/ orang darat dan orang ilir/ orang laut ketika terjadi malapetaka
dipemukiman yang sekarang menjadi danau Demung Juru dan Pateh Inte yang
terletak di desa Ulak Medang Kecamatan Muara Pawan. Orang-orang yang mengungsi
ke hilir akibat malapetaka tersebut inilah yang menjadi cikal bakal orang
Melayu Kayong. Sedangkan yang mengungsi kehulu merupakan cikal bakal orang
Dayak yang kemudian dipopulerkan oleh orang Kristen. Inilah kenapa kalau kita
lihat yang beragama Kristen itu kebanyakan orang dari ulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar