Syair Gulung pada awalnya hanyalah sebuah bentuk karangan atau disebut
kengkarangan, lambat laun berubah menjadi Syair Gulung dikarenakan
ditulis di atas kertas kemudian digulung dan disimpan di dalam paruh
burung, di dalamnya banyak memuat bentuk-bentuk dari
penginternalisasian terhadap ayat-ayat al-Qur`an, berupa bait-bait kata
yang indah mengandung nasehat dan petunjuk hidup agar senantiasa
masyarakat Melayu di sana berpegangan teguh dengan al-Qur`an sebagai
sumber hukum agama yang juga merupakan firman dari Rabb Aja wa Jaladalam
kehidupan kesehariannya sebagai seorang Melayu. Dahulunya Syair Gulung
dipakai oleh para da`i-da`i yang datang ke Tanah Kayong atau Tanjung
Pura sebagai Mediasi dalam menyebarkan dakwah Islam.
Dalam sejarahnya Syair Gulung merupakan salah satu bentuk lisan namun setelah masuknya Islam maka kerajaan Tanjung Pura mulai terbuka dengan dunia luar dan mulai mengenal keberaksaraan, selain itu Syair Gulung mulai ditulis di atas kertas atau apapun pada masa itu untuk memudahkan sang pengarang dalam menyampaikan syairnya. Lewat tulisan memungkinkan terjadinya visualisasi atau respons dari indra mata yang akan merangsang otak dari si pengarang menghapal dari tulisannya tersebut.
Menurut sejarah masuknya Syair Gulung ke Tanah Kayong, tanah Tanjungpura yang sekarang bernama Kabupaten Ketapang, seiring dengan berkembangnya ajaran Islam. Penyiar agama Islam pada waktu itu bernama Syekh Hasan al-Qodry pada pada jaman kejayaan Kerajaan Tanjungpura.Masyarakat pada waktu itu banyak yang masih menganut agama Hindu dan Animisme, terutama masyarakat yang tinggal jauh dari pusat kerajaan Tanjungpura, oleh karena itulah Syekh Magribi menggunakan berbagai macam cara untuk menyiarkan agama Islam. Salah satu sarana pendekatannya adalah menggunakan pendekatan kesastraan sebab dengan bahasa sastra dapat menyentuh sisi intuisif dari yang mendengarkannya. Ini juga didukung oleh kebiasaan masyarakat Melayu yang gemar melantunkan Syair dalam bentuk apapun.
Menurut sumber dari para pemuka adat Melayu yang tergabung dalam Majlis Adat Budaya Melayu (MABM), ada beberapa versi tentang sejarah keberadaan Syair Gulung. Kebanyakan dari mereka menyepakati bahwa Syair Gulung pada dasarnya sudah ada di Tanah Kayong Tanjungpura pada saat Islam pertama kali dimungkinkan Islam masuk dibawa oleh Syekh Hasan al-Qodry atau juga dibawa oleh da`i-da`i dari bangsa Melayu yang datang ke Tanah Kayong yang kemudian dilanjutkan oleh Syekh Magribi.
Adapun dari mereka yang meyakini bahwa Syair Gulung pada dasarnya sudah ada jauh sebelum masuknya Islam, dikarenakan bangsa Melayu merupakan bangsa yang gemar akan sastra, dan sastra merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan orang-orang Melayu. Sehingga unsur-unsur Islami yang ada di dalam Syair Gulung merupakan bentuk akulturasi dari internalisasi nilai-nilai Islam yang direduksi dari al-Qur`an dan hadis ke dalam sastra sebagai mediasi pendekatan dakwah.
Pada mulanya Syair Gulung mensyiarkan tentang sejarah Kehidupan Nabi Muhammad sebagai mediasi dakwah. Lambat laun peranan Syair Gulung mengalami perubahan tidak hanya sebagai mediasi dalam berdakwah tetapi juga sudah masuk dalam aspek-aspek lain dari kehidupan masyarakat Melayu Tanah Kayong seperti; pada zaman sekarang Syair Gulung sering dilantunkan di acara-acara adat, acara pernikahan, sunatan, selamatan orang naik Haji, bahkan merebah sampai ke acara-acara resmi di dalam pemerintahan Kabupaten Ketapang. Dari aspek inilah menjadikan Syair Gulung bertambah perannya dalam kehidupan Masyarakat Melayu Tanah Kayong.
Salah satu contoh syair gulung yang ada di tanah kayong yang bernilai religi islam :
Dalam sejarahnya Syair Gulung merupakan salah satu bentuk lisan namun setelah masuknya Islam maka kerajaan Tanjung Pura mulai terbuka dengan dunia luar dan mulai mengenal keberaksaraan, selain itu Syair Gulung mulai ditulis di atas kertas atau apapun pada masa itu untuk memudahkan sang pengarang dalam menyampaikan syairnya. Lewat tulisan memungkinkan terjadinya visualisasi atau respons dari indra mata yang akan merangsang otak dari si pengarang menghapal dari tulisannya tersebut.
Menurut sejarah masuknya Syair Gulung ke Tanah Kayong, tanah Tanjungpura yang sekarang bernama Kabupaten Ketapang, seiring dengan berkembangnya ajaran Islam. Penyiar agama Islam pada waktu itu bernama Syekh Hasan al-Qodry pada pada jaman kejayaan Kerajaan Tanjungpura.Masyarakat pada waktu itu banyak yang masih menganut agama Hindu dan Animisme, terutama masyarakat yang tinggal jauh dari pusat kerajaan Tanjungpura, oleh karena itulah Syekh Magribi menggunakan berbagai macam cara untuk menyiarkan agama Islam. Salah satu sarana pendekatannya adalah menggunakan pendekatan kesastraan sebab dengan bahasa sastra dapat menyentuh sisi intuisif dari yang mendengarkannya. Ini juga didukung oleh kebiasaan masyarakat Melayu yang gemar melantunkan Syair dalam bentuk apapun.
Menurut sumber dari para pemuka adat Melayu yang tergabung dalam Majlis Adat Budaya Melayu (MABM), ada beberapa versi tentang sejarah keberadaan Syair Gulung. Kebanyakan dari mereka menyepakati bahwa Syair Gulung pada dasarnya sudah ada di Tanah Kayong Tanjungpura pada saat Islam pertama kali dimungkinkan Islam masuk dibawa oleh Syekh Hasan al-Qodry atau juga dibawa oleh da`i-da`i dari bangsa Melayu yang datang ke Tanah Kayong yang kemudian dilanjutkan oleh Syekh Magribi.
Adapun dari mereka yang meyakini bahwa Syair Gulung pada dasarnya sudah ada jauh sebelum masuknya Islam, dikarenakan bangsa Melayu merupakan bangsa yang gemar akan sastra, dan sastra merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan orang-orang Melayu. Sehingga unsur-unsur Islami yang ada di dalam Syair Gulung merupakan bentuk akulturasi dari internalisasi nilai-nilai Islam yang direduksi dari al-Qur`an dan hadis ke dalam sastra sebagai mediasi pendekatan dakwah.
Pada mulanya Syair Gulung mensyiarkan tentang sejarah Kehidupan Nabi Muhammad sebagai mediasi dakwah. Lambat laun peranan Syair Gulung mengalami perubahan tidak hanya sebagai mediasi dalam berdakwah tetapi juga sudah masuk dalam aspek-aspek lain dari kehidupan masyarakat Melayu Tanah Kayong seperti; pada zaman sekarang Syair Gulung sering dilantunkan di acara-acara adat, acara pernikahan, sunatan, selamatan orang naik Haji, bahkan merebah sampai ke acara-acara resmi di dalam pemerintahan Kabupaten Ketapang. Dari aspek inilah menjadikan Syair Gulung bertambah perannya dalam kehidupan Masyarakat Melayu Tanah Kayong.
Salah satu contoh syair gulung yang ada di tanah kayong yang bernilai religi islam :
SUJUD KU
Dalam relung tetesan air mataku…
Ku seka ku lepas dan ku biarkan mengalir…
Ketika ku melihat mega-mega merah merona cahaya Ilahi…
Dan gelegar angin sepoi mengumandangkan azan nan indah di angkasa
Dalam relung lamunan jiwa ku…
Ku pupus ku pasrah ku biarkan terikat…
Ketika ku sadar akan bumi ku pijak bertasbih atas-Nya
Memuja pula sang langit mengagungkan nama-Nya
Dalam relung ku bergerak…
Ku pasrah ku lemah ku biarkan tawakal ku menuntunku…
Ketika ku sadari aku berawal dari realitaNya
Ketika ku rasakan aku adalah bagian dariNya
Ketika ku pikirkan bahwa aku adalah cintaNya
Ketika dan ketika tak ada lagi yang ku gambarkan atas betapa mahaNya
Dalam sujud ku abadi keharibaan pelukan mesraNya…
Dalam relung tetesan air mataku…
Ku seka ku lepas dan ku biarkan mengalir…
Ketika ku melihat mega-mega merah merona cahaya Ilahi…
Dan gelegar angin sepoi mengumandangkan azan nan indah di angkasa
Dalam relung lamunan jiwa ku…
Ku pupus ku pasrah ku biarkan terikat…
Ketika ku sadar akan bumi ku pijak bertasbih atas-Nya
Memuja pula sang langit mengagungkan nama-Nya
Dalam relung ku bergerak…
Ku pasrah ku lemah ku biarkan tawakal ku menuntunku…
Ketika ku sadari aku berawal dari realitaNya
Ketika ku rasakan aku adalah bagian dariNya
Ketika ku pikirkan bahwa aku adalah cintaNya
Ketika dan ketika tak ada lagi yang ku gambarkan atas betapa mahaNya
Dalam sujud ku abadi keharibaan pelukan mesraNya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar